Tautan-tautan Akses

Pusat Kebudayaan Iran yang Baru di Irak Picu Keprihatinan


Irak
Irak

Pembukaan sebuah pusat kebudayaan dan olahraga Iran di kota Kirkuk, Irak telah memicu kekhawatiran bahwa Iran berupaya menanamkan pengaruh di kota yang telah dikoyak ketegangan agama dan etnis itu.

Pusat Kebudayaan dan Olahraga Khomeini itu diresmikan pekan lalu bertepatan dengan peringatan 37 tahun Revolusi Islam di Iran tahun 1979. Pihak berwenang Iran mengatakan pusat itu benar-benar tempat untuk olahraga dan bersosialisasi.

"Imam Khomeini mengatakan Revolusi Islam merupakan cahaya bagi seluruh dunia," ujar Murtaza Abadi, Konjen Iran di Irbil dalam upacara pembukaan. "Kini 37 tahun setelah revolusi itu, kami mempersembahkan pusat kebudayaan dan olahraga ini sebagai hadiah kepada warga kota Kirkuk."

Tetapi pusat itu memicu gelombang kecaman di daerah-daerah yang terutama dihuni warga Kurdi, dari orang yang khawatir atas dampak pengaruh Iran dalam urusan dalam negeri Irak.

Pengaruh Iran di Irak meningkat cepat setelah invasi pimpinan Amerika terhadap Irak tahun 2003. Pertempuran melawan ISIS semakin meningkatkan pengaruh Iran, termasuk dukungan langsung pada milisi Syiah-Irak, demikian ujar beberapa analis. Iran telah membuka lima pusat kebudayaan di Irak sejak tahun 2003, termasuk satu di Baghdad yang dibuka pada Juni 2015 lalu.

Kamaran Kirkuky, anggota Dewan Propinsi Kirkuk, mengatakan kepada VOA, ia sangat khawatir bahwa pusat itu akan digunakan untuk "tujuan-tujuan lain". "Iran tidak bisa membantu Irak dan Kurdistan," tambahnya. "Belajar dari pengalaman, proyek-proyek Iran tidak memberi manfaat apapun."

Kirkuky mengatakan ia takut milisi Syiah-Irak yang dikenal sebagai Popular Mobilization Forces PMF akan meningkatkan kehadiran mereka di Kirkuk dengan menggunakan pusat itu. "Beberapa anggota PMF memiliki peran aktif di pusat itu. Warga Syiah pada umumnya telah menjadi sangat aktif di Kirkuk baru-baru ini," ujar Kirkuky kepada VOA.

Tetapi seorang mantan manajer proyek Group Mapna, Iran yang tidak ingin disebut namanya, mengatakan kepada VOA bahwa perjanjian pembangunan pusat itu telah ditandatangani oleh pejabat-pejabat Kirkuk 14 bulan lalu. Pusat itu dibangun oleh sebuah perusahaanyang terkait dengan Group Mapna dan menelan biaya sekitar 400 ribu dolar. "Tujuan pusat itu adalah untuk menarik seluruh acara olahraga dan kebudayaan besar di kawasan itu supaya diselenggarakan di satu tempat," ujar manajer itu.

Iran mendirikan beberapa pusat kebudayaan di seluruh dunia setelah Revolusi Islam tahun 1979. Pusat-pusat kebudayaan ini dikelola oleh Organisasi Hubungan dan Kebudayaan Islam, yang menurut tujuan organisasi itu untuk "meningkatkan kesadaran warga dunia tentang prinsip, tujuan dan posisi Revolusi Islam Iran, serta peran yang dimainkannya di arena internasional."

Gubernur Kirkuk Najmaldin Karim memuji pemerintah Iran atas pembangunan di Kirkuk dan peran berkelanjutan di Irak. "Republik Islam Iran selalu membantu warga Irak dan memiliki posisi luar biasa dalam perang melawan teroris ISIS sejak Juli 2014 hingga sekarang," ujarnya. [em/ii]

XS
SM
MD
LG