Tautan-tautan Akses

Psikolog: Lingkungan Sekolah kini Menjadi Pemicu Trauma


Sejumlah pelayat mengunjungi monumen peringatan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, yang dibuat untuk mengenang para korban penembakan, pada 6 Juni 2022. (Foto: AP/Eric Gay)
Sejumlah pelayat mengunjungi monumen peringatan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, yang dibuat untuk mengenang para korban penembakan, pada 6 Juni 2022. (Foto: AP/Eric Gay)

Meskipun penembakan massal di sekolah jarang terjadi, jumlah kekerasan senjata api di antara siswa yang mengalami trauma dan stres telah meningkat sejak awal pandemi COVID-19. Bahkan kini beberapa di antara para siswa menjadi kebal terhadap kekerasan yang kerap terjadi.

Sejak awal tahun 2020, para peneliti di Sekolah Pascasarjana Angkatan Laut mencatat 504 kasus kekerasan senjata di sekolah – jumlah yang melampaui gabungan delapan tahun sebelumnya.

Data tersebut mencakup siswa yang mengacungkan senjata atau melepaskan tembakan di ruang kelas, kamar mandi, kafetaria atau pusat kebugaran, dan menghitung siswa yang menggunakan senjata untuk bunuh diri di sekolah.

Bagi para siswa muda Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, di mana 19 siswa dan dua guru tewas dalam serangan bersenjata, hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.

"Bahkan jika mereka tidak mengingat khusus tentang apa yang terjadi, mereka akan mendengar dalam tayangan ulang liputan media. Mereka akan mendengar cerita orang lain," kata Jocelyn Carter, PhD, Profesor psikologi anak di Universitas DePaul, Chicago.

"Jadi apa yang harus kita perhatikan sebagai orang dewasa adalah memastikan bahwa kita memberi informasi yang benar dan tepat kepada mereka dan tidak mencoba berpura-pura seperti telah tidak terjadi apa-apa atau mengecilkan dampak dari peristiwa tersebut," kata Carter. [ps/rs]

XS
SM
MD
LG