Para pejabat pendidikan di New Mexico mengumpulkan umpan balik dari para orang tua dan guru tentang standar studi sosial yang baru. New Mexico juga memperkenalkan identitas sosial kepada anak-anak berusia 5 tahun, dan studi tentang “hubungan kekuasaan yang tidak setara” antarkelompok-kelompok ras di sekolah menengah.
Para kritikus program itu menyamakan peningkatan fokus pada ras itu dengan teori ras kritis, sementara para pendukung menyebutnya program “anti rasis.” Para orang tua dari seluruh pandangan politik menginginkan agar siswa mempelajari sejarah sulit Amerika, tetapi tidak sepaham mengenai kapan belajar tentang ras itu harus dimulai.
Departemen pendidikan New Mexico kini merangkum masukan dari lebih dari 1.300 surat tentang standar baru itu berikut puluhan komentar dari forum online pada bulan November. Standar itu ditulis dengan masukan dari 64 orang di seluruh negara bagian, sebagian besar guru IPS, dan diharapkan akan diterbitkan musim semi mendatang sebagai revisi.
Di antara penulisnya adalah Wendy Leighton, seorang guru sejarah sekolah menengah di kota Santa Fe. Sebagai pemimpin revisi untuk bagian sejarah untuk standar itu, dia mengatakan tujuannya adalah untuk membawa kelompok-kelompok yang terpinggirkan seperti penduduk asli, LGBTQ dan yang lain menjadi bagian dari wacana.
“Kami melakukan diskusi yang luar biasa seputar pendidikan, dan saya bertugas di tim sejarah Amerika untuk sekolah menengah. Jadi, saya sangat memperhatikan hal itu. Jadi misalnya, ini akan menjadi pertama kalinya sejarah LGBTQ dimasukkan dalam krikulum pendidikan. Ini sangat membesarkan hati," ujarnya.
Partai Republik berpendapat bahwa orang tua harus mengajar anak-anak mereka tentang topik-topik sensitif seperti ras dan bahwa ada prioritas yang lebih besar yang seharusnya menjadi fokus di negara bagian itu yang secara rutin menempati peringkat terbawah dalam pencapaian akademik.
Dari segi desain, proposal mengenai pembelajaran tentang ras itu boleh dikatakan ambisius. Sementara negara bagian-negara bagian lain di seluruh Amerika berupaya memperbarui jenis mata pelajaran wajib seiring dengan pertumbuhan populasi siswa yang semakin beragam, para pejabat New Mexico mengatakan mereka berharap bahwa standar mereka nantinya bisa menjadi model pengajaran studi sosial yang responsif secara budaya.
“Proses seperti ini – yang menghilangkan keterlibatan orang tua dan bergantung pada sekolah untuk mengajarkan apa yang benar dan salah dalam hal ras, hubungan antar ras, kebrutalan polisi – adalah salah. Terserah orang tua untuk mengajar anak-anak mereka dan menentukan dengan distrik sekolah mereka, dengan dewan sekolah pilihan mereka tentang apa yang harus diajarkan," ujar Rebecca Dow, anggota DPRD dan bakal calon gubernur negara bagian New Mexico dari Partai Republik.
Rebecca Dow adalah salah satu dari enam bakal calon Partai Republik untuk pemilihan gubernur tahun depan. Dia berharap bisa menggulingkan gubernur petahana Michelle Lujan Grisham dari Partai Demokrat.
“Saya merasakan urgensi untuk mengatasi kebutuhan pendidikan penduduk kita yang paling rentan, yaitu mereka yang berpenghasilan rendah, anak-anak yang merupakan generasi pertama sebagai warga Amerika, yang kebanyakan adalah minoritas. Fokus yang saya rasakan mendesak adalah matematika, membaca dan menulis, bukan standar studi sosial," katanya.
Seperti di tempat-tempat lain, langkah menuju diskusi yang lebih terbuka tentang ras itu telah memicu berbagai reaksi keras. Sebagian kritikus mengecamnya sebagai rasis atau mengandung ajaran Marxis. Tetapi, tanggapan terhadap rencana negara bagian itu juga memberikan ajang diskusi tentang bagaimana dan kapan ras harus diajarkan kepada anak-anak, tanpa perdebatan sengit yang memecah belah tentang materi yang dicap sebagai teori ras kritis itu.
Tanggapan terhadap rencana materi pelajaran IPS itu sejauh ini tidak terpecah menurut garis ras, dan orang tua dari penduduk asli (keturunan Indian) dan Latin di antara mereka yang mengungkapkan kekhawatiran di salah satu negara bagian di Amerika di mana paling sedikit terjadi masalah karena perbedaan ras itu.
Standar yang diusulkan oleh Departemen Pendidikan New Mexico tersebut bertujuan untuk membuat kewarganegaraan, sejarah, dan geografi lebih inklusif bagi populasi negara bagian itu sehingga siswa merasa nyaman dengan kurikulum yang dipakai dan siap untuk menjadi bagian dari masyarakat yang beragam. Sekitar 11% siswa adalah penduduk asli Amerika.
Seorang pendeta di Kota Albuquerque, Pendeta Sylvia Miller-Mutia dari Gereja Episkopal Santo Markus, menyambut baik rencana perubahan kurikulum itu dalam komentar tertulisnya, dengan alasan anak-anak melihat ras sejak dini, dan bahwa mempelajarinya di sekolah dapat menghilangkan stereotip sejak dini.
“Sudah ada naskah budaya yang mengatakan, menjadi orang Amerika berarti berkulit terang yang entah bagaimana telah meresap ke dalam kesadaran anak-anak prasekolah. Jadi saya sangat senang jika siswa, siapa pun mereka, menyadari bahwa mereka memiliki tempat yang sama," ujar sang pendeta.
Sebagian orang tua yang menulis komentar publik mengatakan mereka lebih suka homeschooling atau mengajar anak-anak mereka di rumah daripada mereka belajar dengan standar baru yang diusulkan itu.
Lucas Tieme, ayah dari lima siswa sekolah umum, yang berkulit putih, menulis bahwa semua ras dan etnis mengalami kesulitan dan hak istimewa. Dia menyarankan agar para guru tidak membuat generalisasi.
Tieme, seorang sopir bus untuk sekolah umum Rio Rancho, mengatakan bahwa istrinya dulu belajar di rumah (homeschooling) sehingga mereka siap untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah jika rencana pengajaran tentang ras tersebut menjadi kenyataan.
Sebagian orang tua yang mendukung perubahan itu umumnya merasa skeptis terhadap bagian dari proposal yang memperkenalkan ras ke dalam kelas lebih awal, seperti dikatakan oleh Sheldon Pickering, seorang ayah ayah kulit putih dengan dua anak adopsi berkulit hitam.
“Jika kita memulainya terlalu dini, kita merampas masa yang langka dalam hidup anak-anak bahwa mereka itu hanya perlu menjadi anak-anak dan buta warna (tidak membeda-bedakan karena warna kulit). Biarkan mereka menjadi anak-anak kecil yang luar biasa dan menikmati hidup tanpa prasangka," katanya. [lt/jm]