Tautan-tautan Akses

Pria dengan 3 Wajah: Warga Perancis Jalani Transplantasi Wajah ke-2


ARSIP – Dokter bedah asal Perancis, Laurent Lantieri berpose di kantornya di rumah sakit Henri Mondor di Creteil, sebelah selatan Paris, 8 Juli 2010 (foto: AP Photo/Thibault Camus)
ARSIP – Dokter bedah asal Perancis, Laurent Lantieri berpose di kantornya di rumah sakit Henri Mondor di Creteil, sebelah selatan Paris, 8 Juli 2010 (foto: AP Photo/Thibault Camus)

Sebagai yang pertama di dunia kedokteran, dokter bedah asal Perancis mengatakan ia telah melakukan transplantasi wajah kedua pada pasien yang sama – yang saat ini berada dalam kondisi baik dan bahkan baru-baru ini menghabiskan akhir pekan di Brittany baru-baru ini.

Dr. Laurent Lantieri dari rumah sakit Georges Pompidou di Paris pertama kali mentransplantasi wajah yang baru kepada Jerome Hamon tahun 2010, saat itu Hamon berusia di pertengahan 30-an. Namun setelah jatuh sakit di tahun 2015, Harmon diberikan obat yang menganggu obat anti penolakan yang ia konsumsi terkait dengan transplantasi wajahnya.

Bulan November yang lalu, jaringan di wajah transplantasinya mulai mati, yang menyebabkan Lantieri harus menyingkirkannya.

Tindakan ini menyebabkan Harmon tidak memiliki wajah, kondisi yang dijelaskan oleh Lantieri sebagai “mayat jalan.” Harmon tidak memiliki kelopak mata, telinga, kulit, dan tidak bisa makan dan minum. Ia hanya memiliki kemampuan pendengaran yang terbatas dan hanya dapat mengekspresikan dirinya dengan sedikit menggelengkan kepalanya, selain sedikit menulis.

“Apabila anda tidak memiliki kulit, anda kan mengalami infeksi,” ujar Lantieri kepada the Associated Press hari Selasa. “Kami sangat prihatin dengan kemampuan adanya penolakan tubuh yang baru.”

Pada bulan Januari, saat donor wajah yang kedua untuk Harmon tersedia, Lantieri dan timnya melakukan transplantasi wajah yang kedua. Namun sebelum menjalani transplantasi kedua, dokter harus mengganti semua darah yang ada di tubuh Harmon dalam sebuah prosedur yang memakan waktu satu bulan untuk menghilangkan potensi pengaruh antibodi yang mengkhawatirkan dari pengobatan sebelumnya.

“Untuk seorang pria yang menjalani semua ini, yang rasanya mirip mengalami perang nuklir, kondisinya baik-baik saja,” ujar Lantieri. Ia menambahkan saat ini Harmon dipantau seperti juga pasien tranplantasi wajah lainnya.

Wajah Harmon yang pertama disumbangkan oleh seorang berusia 60 tahun. Dengan wajah transplantasi keduanya, Harmon berhasil mengurangi penampilan wajahnya beberapa puluh tahun.

“Usia saya 43 tahun. Usia donor saya 22 tahun. Jadi saya tampak 20 tahun lebih muda,” gurau Harmon pada televisi Perancis hari Selasa.

‘Harapan’ untuk pasien-pasien lainnya

Dokter-dokter lain memuki upaya tim Perancis dan mengatakan teknik-teknik dapat digunakan untuk membantu pasien yang menderita penyakit kritis dengan hanya sedikit pilihan.

“Fakta bahwa Profesor Lantieri mamu menyelamatkan pasiennya memberi kita harapan bahwa pasien-pasien lainnya dapat memiliki pembedahan cadangan bila dibutuhkan,” ujar Dr. Frank Papay dari Cleveland Clinic. Ia mengatakan teknik yang dikembangkan oleh Lantieri dan lainnya dapat membantu para dokter mencapai apa yang disebut “cawan suci” kedokteran transplantasi: Bagaimana memungkinkan pasien untuk mentoleransi transplantasi jaringan dari orang lain.

Dr. Bohdan Pomahac dari Harvard University, yang telah melakukan transplantasi wajah di AS, mengatakan prosedur serupa pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang biasa, dengan meningkatnya jumlah pasien.

“Semakin sering kita menyaksikan apa yang terjadi dengan pasien [transplantasi wajah], semakin kita harus menerima bahwa penolakan yang bersifat kronis adalah suatu kenyataan,” ujar Pomahac. “Transplantasi wajah pada intinya akan menjadi sesuatu yang non-fungsional, terdistorsi, dan mungkin menjadi saat yang tepat untuk mempertimbangkan dilakukannya transplantasi ulang.”

Ia menyatakan masih belum jelas berapa lama transplantasi wajah akan bertahan, namun ia memperkirakan ketahanannya akan serupa dengan transplantasi ginjal, yang pada umumnya bertahan antara 10 hingga 15 tahun.

“Mungkin ada beberapa pasien yang beruntung dan wajahnya bertahan lebih lama. Namun mungkin akan lebih lazim bahwa beberapa di antaranya harus mengganti wajahnya,” ujarnya, dengan menyatakan masih banyak yang tidak diketahui tentang penolakan kronis yang mungkin terjadi.

Lantieri menyatakan ia dan timnya akan segera mempublikasikan semua temuannya di sebuah jurnal kedokteran dan ia berharap kasus-kasus seperti Hamon akan menjadi suatu perkecualian.

“Pasien-pasien lainnya yang saya pantau, beberapa di antaranya menjalani perubahan transplantasi wajahnya seiring dengan berjalannya waktu, namun mereka baik-baik saja,” ujarnya. “Saya berharap saya tidak harus melakukan transplantasi wajah seperti ini di masa yang akan datang.” [ww]

XS
SM
MD
LG