Tautan-tautan Akses

Poll: Setahun Pasca Serangan Capitol Hill, Orang AS Prihatin akan Demokrasi Mereka


Seorang petugas polisi menahan seorang pengunjuk rasa pro-Trump ketika massa menyerbu Capitol AS, selama rapat umum untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS, di Gedung Capitol AS di Washington. (Foto: Reuters)
Seorang petugas polisi menahan seorang pengunjuk rasa pro-Trump ketika massa menyerbu Capitol AS, selama rapat umum untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS, di Gedung Capitol AS di Washington. (Foto: Reuters)

Setahun setelah serangan kekerasan terhadap Gedung Kongres Amerika (Capitol Hill), orang Amerika masih sangat prihatin akan kesehatan demokrasi negara mereka. Hasil dua jajak pendapat yang dirilis Minggu (2/1), menunjukkan sekitar sepertiga orang Amerika mengatakan kekerasan terhadap pemerintah kadang-kadang dapat dibenarkan.

Serangan 6 Januari terhadap Kongres, yang dipimpin pendukung Donald Trump, adalah "pertanda meningkatnya kekerasan politik," dan demokrasi Amerika "terancam," menurut dua pertiga dari mereka yang disurvei untuk jajak pendapat CBS News. Sementara itu, “kebanggaan” orang Amerika pada demokrasi mereka turun tajam, dari 90% pada 2002 kini menjadi 54%, menurut survei Washington Post/University of Maryland.

Menjelang peringatan 6 Januari, jajak pendapat menunjukkan penyebab khusus atas keprihatinan itu. CBS mendapati bahwa 28% responden percaya kekuatan dapat digunakan untuk mempertahankan hasil pemilu. Sedangkan 34% mengatakan kepada Washington Post bahwa tindak kekerasan terhadap pemerintah terkadang bisa dibenarkan. Ini persentase terbesar dalam puluhan tahun.

Hasil dua jajak pendapat itu menggarisbawahi pandangan yang tampaknya hampir tidak bisa didamaikan yang memecah masyarakat Amerika. Presiden Joe Biden, yang menjabat 14 hari pasca serangan, berjanji akan mengatasi perpecahan itu. [ka/ab]

XS
SM
MD
LG