Tautan-tautan Akses

Polisi Iran Bantah Tembak Demonstran


Polisi anti huru-hara Iran berjaga saat para pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Azadi, Teheran, 11 Januari 2020.
Polisi anti huru-hara Iran berjaga saat para pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Azadi, Teheran, 11 Januari 2020.

Polisi Iran membantah menggunakan peluru sungguhan dalam menghadapi para pemrotes yang menggelar demonstrasi sejak Sabtu pekan lalu di Teheran, menentang usaha pemerintah menutup-nutupi penembakan jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina.

Para demonstran di Teheran dan kota-kota lain di Iran menuntut pertangungjawaban atas kematian 82 warga negara Iran di antara 176 orang yang tewas dalam insiden penembakan jatuh itu. Pemerintahan Trump menyerukan agar pihak berwenang Iran menahan diri untuk tidak menggunakan kekerasan terhadapa para pemrotes.

Ratusan demonstran berkumpul di luar kampus Sharif Technical University di Teheran. Mereka meneriakan slogan-slogan anti-pemerintah dan menuntut transparansi.

Seorang demonstran mengatakan, "Kami menginginkan kejelasan. Negara ini telah bertahun-tahun menderita karena kurangnya transparansi. Mereka berbohong kepada kami selama ini. Maafkan pilihan kata saya: mereka memperlakukan kami seperti keledai.”

Protes-protes anti-pemerintah itu telah berlangsung sejak Sabtu lalu setelah para pejabat di Teheran mengakui bahwa pasukan Iran secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraina. Iran melakukan itu karena mengira pesawat tersebut merupakan misil yang ditembakan AS sebagai balasan atas serangan misil Iran. Iran sendiri melakukan serangan misil itu sebagai pembalasan atas serangan pesawat nirawak (drone) AS yang menewaskan seorang jenderal Iran yang sedang berekunjung ke Irak.

Seorang demonstran lain menuduh para pemimpin relijius Iran sengaja menarget tokoh-tokoh berpengaruh di negara itu.

“Orang-orang penting itu meninggalkan Iran untuk selamanya dan itu alasan mereka menembak pesawat tersebut. Kalau saja itu bukan penerbangan internasional, kita mungkin tidak akan diberitahui mengenai apa yang sesungguhnya terjadi,” jelasnya.

Sejumlah demonstran menghancurkan spanduk-spanduk yang menggambarkan jenderal Iran yang terbunuh, Qassem Soleimani. Polisi anti huru-hara bergerak untuk membubarkan mereka.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengatakan kepada VOA, Presiden Donald Trump dan Menlu Mike Pompeo telah mencuitkan sejumlah pesan lewat Twiiter yang isinya mendukung rakyat Iran.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus

"Alasan mengapa presiden, Menteri Pompeo dan saya mencuitkan dukungan bagi rakyat Iran adalah karena kami yakin mereka selama 40 tahun berurusan dengan rezim yang tidak kompeten dan korup, selama 40 tahun berurusan dengan rezim yang memprioritaskan untuk mendanai milisi-milisi proksi mereka, mendanai program senjata nuklir, mendanai invasi militer di berbagai penjuru dunia, khususnya di Timur Tengah, dan bukannya menggunakan dana itu untuk pembangunan sekolah, rumah sakit dan jembatan,” kata Ortagus.

Para pejabat di Washington memperingatkan pihak berwenang Iran untuk tidak membunuh dan menangkap para demonstran yang melakukan aksinya secara damai.

"Kami tidak ingin melihat apa yang terjadi beberapa bulan lalu, di mana sedikitnya 1.500 orang terbunuh karena melakukan aksi protes damai. Sedikitnya 10.000 orang ditangkap karena melakukan protes damai. Jadi ini yang kami awasi secara sangat seksama,” imbuhnya.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan pengggunaan kekerasan mematikan terhadap demonstran harus diselidiki sepenuhnya. Kepala polisi Teheran mengatakan, polisi belum melepaskan tembakan dan telah diperintahkan untuk menahan diri. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG