Tautan-tautan Akses

PM Tiongkok Mulai Lawatan di Jakarta


Perdana Menteri Wen Jiabao tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma Airport di Jakarta, Kamis (28/4).
Perdana Menteri Wen Jiabao tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma Airport di Jakarta, Kamis (28/4).

Kunjungan PM Wen Jiabao diharapkan dapat meningkatkan hubungan kedua negara di berbagai bidang, terutama perdagangan dan infrastruktur.

Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao telah mengawali kunjungan kenegaraannya ke Indonesia yang akan berlangsung hingga 30 April 2011. Ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat siang, guna membicarakan isu bilateral dan menyaksikan sejumlah penandatanganan kerjasama di bidang perdagangan dan perindustrian. Selain itu, PM Wen juga mengusung agenda kerjasama yang lebih intensif antara Kementerian Luar Negeri kedua negara.

Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, dalam keterangan tertulis mengungkapkan bahwa hubungan bilateral kedua negara menunjukkan peningkatan pesat sejak tahun 2005; ketika Presiden Hu Jintao dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Kemitraan Strategis Indonesia-Tiongkok. Untuk itu, Indonesia mengharapkan kunjungan Wen Jiabao dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional kedua negara.

Secara spesifik, hubungan Indonesia dan Tiongkok dinilai tidak berbeda dengan hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain, karena situasi dunia yang banyak berubah. Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, dari Kementerian Luar negeri Indonesia, Hamzah Thayeb, kepada VOA membantah hubungan Indonesia-Tiongkok meningkat karena adanya kepentingan sepihak.

”Saya kurang suka melihat satu dunia yang didominasi satu atau dua negara. Bahwasanya ada beberapa negara yang majunya lebih cepat dari negara lain, itu karena kebijakan masing-masing negara, tapi tetap harus ada engagement (pelibatan) satu sama lain secara multilateral, untuk kemajuan bersam. Kita sama-sama di G-20 bersama negara-negara besar. Itu pertanda Indonesia mulai berperan," ujar Hamzah Thayeb. "Tapi, kita juga harus membawa suara dari negara-negara berkembang lainnya.”

Walaupun begitu, kemjuan dari dalam negeri sendiri juga dianggap akan sangat penting, terutama dalam menghadapi era pasar bebas. Dalam hal ini, Indonesia diharapkan tidak lengah dalam menghadapi industri tinggi dan menengah Tiongkok. Pengamat hubungan internasional, Juwono Sudarsono, kepada VOA, memaparkan, "Sebetulnya musuh paling besar kita sendiri, kita harus siap dengan perangkat perundingan di bidnag teknik, ekonomi dan keuangan milik kira sendiri, dan supaya setiap departemen dari mulai keuangan, perdagangan, sampai departemen tenaga kerja itu membuat matriks kekuatan dan kelemahan menghadapi industri tinggi dan menengah Tiongkok.”

Terlepas dari adanya perjanjian perdagangan bebas Tiongkok-ASEAN (CAFTA) dan keterikatan dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Juwono Sudarsono beranggapan Indonesia masih lemah dalam menyiapkan asosiasi perdagangan, termasuk KADIN. Penguatan asosiasi perdagangan juga harus dilakukan bersamaan dengan penguatan sumber daya manusia. Tujuannya, agar Indonesia mampu menghadapi tawar menawar dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Semula, Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao akan berkunjung ke Indonesia pada April tahun lalu, namun dibatalkan akibat gempa kuat yang melanda Yusu, Provinsi Qinghai.

XS
SM
MD
LG