Tautan-tautan Akses

PM Kamboja Cela Menlu Malaysia Karena Pertanyakan Pertemuannya dengan Junta


Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menghadiri sesi pembukaan pertemuan virtual Asia-Eropa (ASEM) di Phnom Penh, Kamboja, Kamis, 25 November 2021. (An Khoun Sam Aun/Kementerian Penerangan Kamboja via AP)
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menghadiri sesi pembukaan pertemuan virtual Asia-Eropa (ASEM) di Phnom Penh, Kamboja, Kamis, 25 November 2021. (An Khoun Sam Aun/Kementerian Penerangan Kamboja via AP)

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Jumat (21/1) mengecam menteri luar negeri Malaysia dan menyebutnya sombong dan tidak sopan, setelah ia menyuarakan keprihatinannya tentang pertemuan kontroversial perdana menteri itu dengan junta Myanmar.

Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah pekan lalu mengatakan beberapa anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) merasa berkeberatan dengan kunjungan Hun Sen 7 Januari lalu ke Myanmar sebagai ketua blok itu karena berisiko ditafsirkan sebagai pengakuan ASEAN terhadap para jenderal.

Saifuddin menyatakan Hun Sen seharusnya mencari masukan dari rekan-rekan sesama anggota ASEAN sebelum melakukannya.

Hun Sen dalam pembicaraan teleponnya dengan Presiden Joko Widodo, Jumat (21/1) membela perjalanannya ke Myanmar dan menegur Saifuddin. Pembelaan diri dan kemarahannya itu tertuang dalam teks pembicaraan antara kedua pemimpin, yang disebarkan stasiun televisi TVK ke media.

"Samdech (Hun Sen) mengatakan bahwa menteri luar negeri itu tidak boleh terlalu arogan dengan pernyataan yang tidak pantas kepada para pemimpin ASEAN, terutama ketuanya," kata teks pembicaraan itu. “Dan ia tidak memiliki kesopanan," kata Hun Sen sebagaimana dikutip.

Kementerian Luar Negeri Malaysia tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters atas pernyataan Hun Sen itu.

Perebutan kekuasaan oleh militer terhadap pemerintah terpilih di Myanmar tahun lalu merupakan kemunduran besar bagi ASEAN yang sedang berusaha untuk meningkatkan profil internasionalnya sebagai blok ekonomi dan politik yang beragam, terintegrasi dan efektif. Perpecahan kemudian muncul di ASEAN mengenai cara terbaik untuk menangani Myanmar.

Di bawah kepemimpinan Brunei, ASEAN membuat langkah mengejutkan akhir tahun lalu dengan melarang junta bergabung dalam pertemuan-pertemuan penting. (Foto: ilustrasi).
Di bawah kepemimpinan Brunei, ASEAN membuat langkah mengejutkan akhir tahun lalu dengan melarang junta bergabung dalam pertemuan-pertemuan penting. (Foto: ilustrasi).

Di bawah kepemimpinan Brunei, ASEAN membuat langkah mengejutkan akhir tahun lalu dengan melarang junta bergabung dalam pertemuan-pertemuan penting, karena kegagalannya menerapkan "konsensus" lima poin ASEAN yang disepakati untuk mengakhiri konflik pascakudeta di Myanmar. Namun, ketua baru ASEAN, Kamboja, mengindikasikan ingin melibatkan, dan bukan mengisolasi, para jenderal.

Dalam percakapan dengan Perdana Menteri Kamboja, Jokowi mendesak Hun Sen untuk tetap berpegang pada konsensus ASEAN, sebuah seruan yang disetujuinya, menurut catatan pembicaraan tersebut.

Hun Sen menekankan bahwa ia pergi ke Myanmar "untuk menanam pohon, bukan untuk menebang pohon" dan pernyataan Saifuddin "tidak benar dalam kerangka ASEAN".

Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki di Washington, D.C., 10 Januari 2022. (AP Photo/Patrick Semansky)
Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki di Washington, D.C., 10 Januari 2022. (AP Photo/Patrick Semansky)

Perkembangan di ASEAN sebetulnya tak luput dari perhatian Gedung Putih. Kepada VOA, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa ASEAN penting bagi kebijakan AS di kawasan Asia.

“Membangun kembali kemitraan dan aliansi kita telah menjadi prioritas presiden sejak awal. Beberapa di antaranya melalui struktur yang sudah ada sebelumnya, seperti ASEAN, dan lainnya melalui hubungan bilateral langsung. Menurut presiden ini akan memperkuat usaha Amerika dalam mengadvokasi HAM, keamanan global, dan bahkan kerja sama untuk mengatasi masalah global yang besar, seperti ekonomi global atau krisis COVID,” ujarnya.

Ketika ditanya apa agenda pasti AS untuk ASEAN, Psaki menjawab, ia belum mengetahui detilnya. “Saya yakin kami akan mengevaluasinya ketika waktunya semakin dekat. Tapi, Anda tahu, ini adalah kesempatan baginya untuk berbincang tentang bagaimana kita bisa bekerja sama dan bagaimana kita bisa membangun kembali banyak hubungan yang hancur selama ini -- empat tahun sebelum ia menjabat presiden,” katanya. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG