Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di bawah tekanan, Senin (17/2) untuk memecat seorang penasihat yang menghubungkan intelijen dengan ras seseorang dan juga menyarankan kontrasepsi harus diwajibkan untuk menghindari "eksisnya kelas sosial rendah untuk selamanya.”
Andrew Sabisky bekerja di kantor perdana menteri di Downing Street 10 setelah Dominic Cummings, pembantu utama Johnson mengundang “orang-orang yang lain dari biasa dengan keterampilan tertentu” melamar pekerjaan di pemerintahan.
Sabisky - yang punya gelar master dalam psikologi pendidikan, menurut sebuah biografi online - tahun 2014 menulis “cara mengatasi masalah kehamilan tidak terencana yang menghasilkan kelas sosial rendah secara permanen adalah lewat kewajiban kontrasepsi di awal masa pubertas. Kewajiban vaksinasi memberi preseden bagi pemberlakuan hukum seperti itu,” demikian pendapat Andrew.
Sabisky juga mengatakan bahwa orang kulit hitam, atau keturunan Afrika, memiliki IQ rata-rata lebih rendah dibanding mereka yang berkulit putih.
Seorang juru bicara Johnson menolak untuk membahas peran Sabisky di Downing Street, dan mengatakan "Saya tidak akan memberi komentar tentang penunjukan siapapun."
Juru bicara Jamie Davies juga menolak untuk mengatakan apakah perdana menteri Inggris itu setuju dengan pandangan Sabisky, yang oleh beberapa pengkritik dikatakan mendukung eugenika, gerakan yang sudah didiskreditkan karena berusaha meningkatkan kualitas ras manusia lewat reproduksi yang selektif.
“Pandangan perdana menteri tentang berbagai hal tersebut telah dipublikasikan dan didokumentasikan dengan baik, '' kata Davies.
Johnson sendiri memiliki catatan terkait komentarnya yang menghina, termasuk menyebut orang Papua Nugini sebagai kanibal, merujuk pada orang di negara Persemakmuran dengan istilah ‘picaninnies’yang menghina, dan menyatakan mereka yang lahir tetapi tidak jelas siapa bapaknya adalah anak-anak yang bodoh, agresif, dan tidak sah.
Berita terakhir mengatakan, Sabisky dilaporkan telah mengajukan pengunduran dirinya. [mg/jm]