Para pemilih Taiwan memilih kembali presiden petahana Tsai Ing-wen untuk masa jabatan kedua, Sabtu (11/1). Terpilihnya Ing-wen memperbarui mandatnya untuk menahan saingan militer lamanya, China, setelah saling ancam selama setahun.
Namun pendekatan lulusan Amerika Serikat (AS) berusia 63 tahun terhadap China dalam empat tahun ke depan mungkin berbeda dengan empat tahun pertamanya. Tidak lama setelah memenangkan pemilu dengan lebih dari 57 persen suara, Tsai mengisyaratkan pemerintahannya akan berbicara dengan para pejabat yang gusar di China apabila mereka tidak memperlakukan Taiwan sebagai mitra yang setara.
"Sebagai presiden, saya harus menangani hubungan dengan China berdasarkan opini populer, dan saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan kebuntuan dan meningkatkan hubungan antar Selat," kata Tsai dalam konferensi pers di luar markas kampanye di Taipei setelah menerima lebih dari 8 juta suara.
"Saya meminta kepada para pemimpin di Beijing untuk menghormati opini rakyat Taiwan dan konsensus bagi perdamaian dan perlakuan setara," katanya. "Lalu kita bisa menciptakan mekanisme komunikasi yang berkelanjutan dan sehat yang bisa memenuhi harapan kesejahteraan rakyat."
Pemerintah China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang pada akhirnya harus bersatu dengan China. Rakyat Taiwan mengatakan dalam berbagai survey tahun lalu mereka lebih menyukai otonomi demokrasi sekarang ini dibandingkan unifikasi. [vm/ft]