Tautan-tautan Akses

Perusahaan-Perusahaan Teknologi Temui Kesulitan Batasi Pidato Ofensif


Tampilan logo Twitter, Facebook dan berbagai apps di layar sebuah smartphone, 21 Mei 2013. (Foto: dok).
Tampilan logo Twitter, Facebook dan berbagai apps di layar sebuah smartphone, 21 Mei 2013. (Foto: dok).

Para pengguna Twitter memblokir perusahaan-perusahaan seperti Pepsi, Nike dan Uber di Twitter untuk menekan perusahaa media sosial untuk secara permanen melarang penyiar Amerika Alex Jones terhadap apa yang mereka sebut sebagai cuitan-cuitan yang kasar.

Twitter dilaporkan juga telah ditutup di Pakistan berdasarkan permintaan pemerintah setempat, yang menilai konten di media sosial itu tidak pantas.

Langkah-langkah itu terjadi ketika perusahaan-perusahaan internet di Amerika mengkaji lebih mendalam kebijakan yang mempromosikan kebebasan berekspresi di seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan media sosial itu sebenarnya telah memiliki kebijakan untuk membatasi pernyataan, tetapi masih sifatnya masih permisif, dan kini pendekatan itu sedang dikaji-ulang.

Akun Twitter Alex Jones (Foto: screengrab).
Akun Twitter Alex Jones (Foto: screengrab).

Twitter baru-baru ini menetapkan larangan bagi penyiar radio konservatif Alex Jones untuk memasang apapun di akunnya selama tujuh hari, setelah sosok itu melanggar kebijakan Twitter tentang pernyataan-pernyataan kasar, ketika ia menyerukan aksi kekerasan terhadap media. Jones kemudian menyangkal hal itu.

Dalam acaranya pekan ini, Jones merujuk bagaimana Twitter menghapus video-videonya. “Mereka menjatuhkan saya,” ujarnya, “karena mereka tidak akan membiarkam saya bersuara.”

Awal bulan ini Apple, Spotify, Facebook, YouTube dan media-media sosial lain membatasi Jones dan perusahaan media miliknya “InfoWars” dari situs mereka. Tetapi aplikasi live-streaming “InfoWards” masih dapat ditemukan di toko aplikasi Google dan Apple. Alex Jones kerap menyampaikan teori-teori konspirasi, antara lain dengan menyebut aksi penembakan massal di Amerika sebagai hoaks. [em]

XS
SM
MD
LG