Tautan-tautan Akses

Perempuan Muda Myanmar Rentan jadi Korban Perdagangan Manusia


Seorang perempuan suku Kachin, Myanmar, penyintas perdagangan manusia di China, duduk di kamp pengungsi di Myanmar utara (foto: dok).
Seorang perempuan suku Kachin, Myanmar, penyintas perdagangan manusia di China, duduk di kamp pengungsi di Myanmar utara (foto: dok).

Pertempuran yang terus berlangsung antara militer Myanmar dan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) menyebabkan kesulitan ekonomi akibat kehilangan tanah, pemindahan dan pemisahan keluarga. Banyak perempuan muda Birma mencari pekerjaan di negara tetangga, China, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap perdagangan manusia dan pernikahan paksa.

Di negara bagian Kachin, Myanmar Utara, ribuan anggota keluarga yang kehilangan tempat tinggal dan tanpa pekerjaan, menyeberang ke China dengan harapan mendapat pekerjaan.

Sebagian besar karena kebijakan satu anak di China yang berakhir pada 2015, ada lebih banyak pria daripada perempuan di China, sehingga mendorong permintaan wanita dan gadis dari negara tetangga untuk dinikahi dan meneruskan keturunan.

Seringkali, mereka yang paling rentan ditipu. Perempuan ini, yang tidak mau disebut namanya mengatakan, dia dijanjikan pekerjaan oleh seorang teman, tetapi kemudian dibius dan disandera di China.

"Saya menderita dan hidup dalam kondisi mengerikan. Mereka melecehkan saya dengan kekerasan seksual. Saya tidak ingin tidur dengan mereka, tetapi mereka memaksa saya dan saya memohon mereka untuk membebaskan saya, tetapi dia tidak peduli dan memperkosa saya sampai saya hamil," kata seorang perempuan Kachin korban perdagangan manusia.

Sementara sebagian kasus jelas bersifat kriminal, ada juga transaksi yang dimulai sebagai 'pernikahan yang diatur', dengan janji-janji emas kawin banyak.

Asosiasi Perempuan Kachin, sebuah kelompok HAM mengatakan, sebagian orang tua mempunyai niat baik tetapi tidak mengetahui dampak dari pernikahan yang diatur itu berakibat buruk.

Seng Kham, dari Persatuan Wanita Kachin mengatakan, “Saya pikir banyak orangtua ingin anak perempuan mereka menikah dengan pria China karena mereka pikir mereka akan mempunyai kehidupan yang lebih baik di China. Mereka mengira pemerintah China akan merawat warga negaranya dengan sangat baik.”

Sementara, pertempuran baru antara pasukan pemerintah dan pemberontak Kachin telah menunda perundingan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu, para pengamat mengatakan kejahatan perdagangan manusia diperkirakan akan meningkat.(ps/jm)

Recommended

XS
SM
MD
LG