Tautan-tautan Akses

Perempuan Mesir Lawan Belenggu Norma Sosial dengan Parkour


Mariam Emad dari Parkour Egypt atau “PKE” melatih keterampilan melakukan gerakan parkour di gedung-gedung di pinggiran Kota Kairo, Mesir, 20 Juli 2018.
Mariam Emad dari Parkour Egypt atau “PKE” melatih keterampilan melakukan gerakan parkour di gedung-gedung di pinggiran Kota Kairo, Mesir, 20 Juli 2018.

Di sebuah taman yang terbengkalai di pinggiran Kota Kairo, sekelompok perempuan Mesir, sekali dalam sepekan, berlatih memanjat dinding dan meloncat satu kali dalam sepekan. Mereka berlatih parkour yang membutuhkan latihan keras kekuatan fisik.

Menekuni parkour menjadi cara bagi mereka melawan belenggu norma-norma sosial yang masih konservatif di negaranya.

Olahraga kaum muda urban itu pertama kali muncul di Perancis pada dekade 1980an. Parkour diambil dari kata dalam bahasa Perancis, “parcours” yang artinya jalur atau rute. Parkour terdiri dari lari, memanjang dan melompat akrobatik di sekitar gedung-gedung dan di berbagai medan.

Para perempuan tersebut berlatih setiap minggu selama enam bulan terakhir dengan tujuan untuk membentuk tim Parkour profesional pertama di Mesir.

Para perempuan Mesir dari Parkour Egypt “PKE” melatih keterampilan parkour di gedung-gedung sekitar di Kairo, Mesir, 20 Juli 2018.
Para perempuan Mesir dari Parkour Egypt “PKE” melatih keterampilan parkour di gedung-gedung sekitar di Kairo, Mesir, 20 Juli 2018.

Pada sesi latihan Jumat (20/7) pekan lalu, ada sepuluh perempuan yang bergabung. Latihan memfokuskan pada kekuatan tubuh bagian atas dan berbagai metode untuk menghadapi situasi sekitar.

Kegiatan latihan seringkali menarik perhatian banyak pengunjung yang dalam keseharian terbiasa dengan kaum perempuan Mesir yang tidak menarik perhatian umum. Namun para perempuan penggemar Parkour itu tetap melanjutkan latihan dan berkeras bahwa tidak ada olahraga yang khusus hanya untuk pria.

Baca Juga: Arab Saudi Cabut Larangan Perempuan Mengemudi

“Wajar saja masyarakat tidak menerima hal ini karena mereka tidak terbiasa,” kata Zayneb Helal, salah satu pemain Parkour.

“Mereka tidak menerima ide bahwa perempuan bisa berolahraga, bahkan melakukannya di jalanan,” katanya

Perempuan melakukan kegiatan olahraga seperti Parkour di jalan-jalan di Mesir bukan lah pemandangan biasa. Survei yang dilakukan oleh Yayasan Thomson Reuters pada 2017 mengenai bagaimana kondisi perempuan di kota-kota besar memberikan Kairo peringkat kota besar terburuk di dunia untuk para perempuan. Sedangkan peringkat terbaik disabet oleh London.

Di bawah bimbingan pelatih Mohamed Omran, para perempuan berlatih keras memanjat halang rintang, belajar cara pendaratan yang tepat setelah melompat dan melihat berbagai kesempatan di gedung-gedung di sekitar mereka.

Para perempuan anggota Parkour Egypt atau "PKE" melatih keterampilan parkour di gedung-gedung di pinggiran Kairo, Mesir, 20 Juli 2018.
Para perempuan anggota Parkour Egypt atau "PKE" melatih keterampilan parkour di gedung-gedung di pinggiran Kairo, Mesir, 20 Juli 2018.

“Para perempuan sekarang berlatih dan lebih banyak perempuan lagi yang bergabung,” kata Omran. “Karena olahraga ini mengusung penerimaan terhadap perempuan, pelatihan makin banyak dan lumrah bagi perempuan untuk punya sebuah tim serta berlatih.”

Sejauh ini, parkour hanya dimainkan oleh kaum pria di Mesir. Namun olahraga urban itu tak mendapat perhatian dan tidak punya lembaga pengatur. Parkour Egypt sendiri adalah sebuah grup yang anggotanya laki-laki dan perempuan.

Baca juga: Bersepeda di Jeddah: Perempuan Saudi Sambut Kebebasan

Kelompok ini berkembang pesat meski hanya dimulai dengan jumlah pemain yang minim.

Tahun lalu, Inggris menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui Parkour sebagai olahraga.

“Parkour butuh waktu untuk berkembang dan olahraga ini butuh menyebar lebih luas lagi agar diketahui masyarakat,” kata Helal. [ft/au]

XS
SM
MD
LG