Tautan-tautan Akses

Perempuan Kenya Laporkan Lebih Banyak Pelecehan Selama Covid-19


Perempuan dewasa dan anak-anak sedang mengumpulkan air dari sumur dekat Marsabit di Kenya utara, 16 September 2014 sebagai ilustrasi. (Foto: Reuters/ Goran Tomasevic)
Perempuan dewasa dan anak-anak sedang mengumpulkan air dari sumur dekat Marsabit di Kenya utara, 16 September 2014 sebagai ilustrasi. (Foto: Reuters/ Goran Tomasevic)

Jam malam dan pembatasan pergerakan karena virus corona di Kenya telah menyebabkan meningkatnya kekerasan terhadap perempuan, kata para petugas kesehatan. Kelompok LVCT Kenya, yang mengurus isu-isu pencegahan HIV dan kesehatan reproduksi, mengatakan masalah ekonomi membebani keluargayang seringkali berujung pada laki-laki menganiaya isteri mereka.

Lucy Awour, yang berusia 32 tahun, meminta pertolongan di sebuah pusat pemerintah Kenya yang membantu perempuan dan anak perempuan yang lari dari laki-laki yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Hidup saya sangat berat, tidak ada kedamaian di rumah. Terkadang saya tak punya makanan untuk anak-anak. Suami saya sering memukuli saya tengah malam. Saya tidak pernah bisa tidur tenang," kata Lucy Awour.

Juru bicara kepolisian Kenya Charles Owino mengatakan selama pandemi Covid-19, mereka menerima lebih banyak laporan kekerasan berbasis gender.

"Seringkali, gender yang lebih lemah adalah perempuan dan seringkali mereka jadi korban. Karena itu, kami menerima semakin banyak kasus dimana perempuan diserang, dilecehkan...," kata Charles Owino.

Meski belum ada angka resminya, para petugas kesehatan Kenya mengatakan mereka melihat lonjakan kasus KDRT sejak jam malam diberlakukan bulan Maret guna menekan perebakan Covid-19.

Jane Thiomi adalah pekerja LVCT Health, organisasi amal yang membantu perempuan dan anak perempuan. Dia mengatakan bulan Februari, organisasinya menerima 123 pengaduan. Sedangkan pada enam minggu pertama sejak jam malam diberlakukan, telah mendapat hampir 800 laporan.

Perempuan sedang menggendong bayi di daerah Kiambu, Kenya, 8 Agustus 2017. (Foto: Reuters)
Perempuan sedang menggendong bayi di daerah Kiambu, Kenya, 8 Agustus 2017. (Foto: Reuters)

"Dengan bantuan para pejabat pemerintah, kami melihat banyak orang melaporkan kekerasan setiap hari di tempat ini. Dan yang kami lakukan adalah, kami berunding dengan kedua belah pihak, apabila mereka bersedia duduk bersama, dan berbicara, bernegosiasi. Karena, apabila seseorang menderita KDRT hari ini, mereka tidak bisa minta bantuan kemana-mana," kata Jane Thiomi.

Pihak berwenang dan badan-badan bantuan Kenya mengatakan stres karena kehilangan pendapatan akibat virus corona, telah menyebabkan memburuknya KDRT.

Awour berharap Kenya akan membuka perjalanan domestik segera supaya dia bisa menyelamatkan diri dari suaminya dan menumpang di tempat saudaranya. [vm/ii]

XS
SM
MD
LG