Tautan-tautan Akses

Perdamaian di Semenanjung Korea Ditentukan oleh 3 Negara


Duta Besar Diplomasi Publik Korea Selatan Bahk Sahng-hoon dalam Dialog Diplomasi Publik Indonesia-Korea di Jakarta, Senin, 15 Oktober 2018. (Foto: VOA/Fatihyah)
Duta Besar Diplomasi Publik Korea Selatan Bahk Sahng-hoon dalam Dialog Diplomasi Publik Indonesia-Korea di Jakarta, Senin, 15 Oktober 2018. (Foto: VOA/Fatihyah)

Ada tiga negara yang menentukan perdamaian dan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Ketiga negara tersebut adalah Korea Selatan, Korea Utara, dan Amerika Serikat. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Bahk Sahng-hoon.

Konflik di Semenanjung Korea merupakan perseteruan lama warisan dari Perang Dunia Kedua. Konflik ini melibatkan Korea Utara, tadinya disokong oleh Uni Soviet dan memiliki senjata nuklir, dengan Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat.

Isu nuklir Korea Utara yang selalu membikin panas situasi di Semenanjung Korea terus menjadi sorotan masyarakat internasional. Indonesia - memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Selatan dan Korea Utara - termasuk negara yang serius memperjuangkan perdamaian dan stabilitas keamanan di daerah perbatasan antara dua Korea.

Sebagai salah satu wujud komitmen Indonesia untuk memelihara perdamaian di Semenanjung Korea, pada Senin (15/10), Kementerian Luar Negeri mengggelar Dialog Diplomasi Publik Indonesia-Korea.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Bahk Sahng-hoon menekankan ada tiga negara yang menentukan perdamaian dan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Ketiga negara tersebut adalah Korea Selatan, Korea Utara, dan Amerika Serikat.

Bahk Sahng-hoon sangat yakin pemimpin dari ketiga negara itu dapat membawa situasi di Semenanjung Korea menjadi lebih baik. Selain itu, dia percaya Presiden Amerika Donald Trump, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mampu membuat perjanjian damai di Semenanjung Korea.

Lebih lanjut Bahk Sahng-hoon mengatakan pembicaraan damai, termasuk tentang isu nuklir Korea Utara, masih terus berjalan. Sekali lagi dia menekankan pemimpin dari ketiga negara itu pula yang menjadi pemain kunci bagi terwujudnya perdamaian di Semenanjung Korea.

"Kami akan terus bekerjasama dengan masyarakat internasinal untuk mencapai denuklirisasi," kata Bahk Sahng-hoon.

Bahk Sahng-hoon mengatakan situasi di Semenanjung Korea terus membaik. Apalagi tahun ini Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sudah menggelar pembicara damai di Pamunjom, merupakan wilayah zona bebas militer yang berada di perbatasan kedua negara.

Sinyalemen perdamaian kian positif setelah Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan di Singapura membahas perdamaian di Semenanjung Korea dan perlucutan senjata nuklir Korea Utara. Kedua pemimpin berencana melakukan pertemuan lanjutan.

Mengenai hubungan bilateral dengan Indonesia, Bahk Sahng-hoon menegaskan Indonesia merupakan sahabat yang baik bagi Korea Selatan. Dia menambahkan Indonesia juga negara yang sangat istimewa bagi Korea Selatan.

Oleh sebab itu, kata Bahk Sahng-hoon, Korea Selatan ingin menciptakan hubungan yang lebih erat lagi supaya terwujud saling kesepahaman dan saling percaya antara kedua negara.

Bukan sekadar untuk meningkatkan hubungan kedua negara, menurut Bahk Sahng-hoon, Joko Widodo dan Moon Jae-in juga bersepakat untuk mempererat hubungan dan kerja sama antara Korea Selatan dengan ASEAN. Salah satu poinnya adalah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Korea Selatan pada tahun depan.

Direktur Jenderal Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan menjelaskan Indonesia dan Korea Selatan memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan keamanan dan kesejahteraan di kawasan. Dia menambahkan hubungan dan kerjasama kedua negara makin diuntungkan dengan adanya hubungan personal antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Menurut Cecep, Korea Selatan terus membuktikan komitmennya untuk terus mempererat hubungan bilateral dengan Indonesia. Dalam kunjungan kenegaraannya ke Jakarta tahun lalu, Moon Jae-in menyatakan komitmennya untuk membentuk kemitraan strategis dengan Indonesia.

Joko Widodo, lanjut dia, melakukan lawatan balasan ke Seoul bulan lalu dan diterima dengan sangat baik dan ramah oleh Moon Jae-in. Kedua pemimpin sama-sama mengakui hubungan kedua negara terus membaik dan makin meluas di berbagai bidang.

"Kian menguatnya hubungan bilateral tersebut harus ditunjukkan dengan makin eratnya hubungan antara rakyat kedua negara. Diplomasi publik akan membantu menciptakan keuntungan bagi masyarakat dari kedua negara, melalui saling belajar dan berbagi pengalaman serta beragam kegiatan antar masyarakat kedua negara," tukas Cecep.

Lebih lanjut Cecep mengungkapkan forum dialog diplomasi publik merupakan insiatif dari pemerintah Indonesia dan Korea Selatan untuk membuat praktek-praktek diplomasi kedua negara lebih diakui oleh masyarakat. Dia mengharapkan dialog diplomasi publik ini bukan sekadar menguntungkan untuk pemerintah kedua negara tetapi juga bermanfaat bagi rakyatnya.

Cecep meyakini hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan di masa depan akan tetap kuat dan stabil.

Dalam sambutannya, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom mengapresiasi hubungan baik kedua negara selama ini. Dia menambahkan kerjasama erat antara Indonesia- Korea juga terwujud di berbagai forum regional dan internasional.

Karena itu, Kim Chang-beom menekankan hubungan bilateral yang telah berjalan baik dan erat tersebut harus terus dipelihara di masa depan. [fw/is]

Recommended

XS
SM
MD
LG