Tautan-tautan Akses

Penyintas Serangan Cairan Asam di Bangladesh Percaya Diri Jadi Peragawati


Para penyintas serangan zat asam melenggang dalam peragaan busana “Beauty Redefined” yang diorganisir ActionAid Bangladesh di Dhaka, Bangladesh (7/3).(Reuters/ Mohammad Ponir Hossain)
Para penyintas serangan zat asam melenggang dalam peragaan busana “Beauty Redefined” yang diorganisir ActionAid Bangladesh di Dhaka, Bangladesh (7/3).(Reuters/ Mohammad Ponir Hossain)

Bangladesh mengadakan peragaan busana yang berbeda dalam perayaan Hari Perempuan Internasional, menampilkan 15 peragawati percaya diri yang berjuang melawan trauma serangan zat asam.

Kekerasan brutal yang umum terjadi di Asia Selatan itu seringkali dipicu mahar yang terlalu sedikit, penolakan atas rayuan atau sengketa tanah, membuat wajah dan tubuh korban rusak sepanjang hidupnya dan merusak prospek-prospek mereka.

Sonali Khatun, 13, yang dilempar cairan asam di wajahnya ketika ia masih bayi berusia 17 hari dalam sengketa properti keluarga, memimpin parade Selasa malam itu (7/3).

Ia dirawat hampir tiga tahun di rumah sakit, mengalami delapan operasi, namun tidak pernah menyerah menjalani hidupnya.

"Saya ingin menjadi dokter," katanya kepada penonton, yang secara spontan bersorak dan bertepuk tangan.

Pada 2008 di usia 24 tahun, Asma Khatun harus menyerahkan mimpi-mimpinya yang hancur karena para penyerang menyiram asam kepada keluarganya yang terdiri dari empat orang, termasuk putrinya yang berusia satu tahun, ketika mereka sedang tidur, lagi-lagi karena sengketa tanah.

Para penyerang tidak pernah ditangkap tapi seluruh keluarga saya harus mengalami banyak penderitaan," ujarnya. "...Saya sangat senang ada di sini."

Farah Kabir, direktur lembaga amal Inggris ActionAid untuk Bangladesh, yang menyelenggarakan acara yng disebut "Beauty Redefined" itu, mengatakan para perempuan itu menunjukkan kekuatan diri mereka.

"Mereka telah berjuang sekian lama," ujarnya.

Pada 2002, Bangladesh mengesahkan undang-undang yang membatasi impor dan penjualan cairan asam dan memberlakukan hukuman mati untuk pelaku serangan dengan cairan asam.

"Ini sesuatu yang dekat dengan hati saya," ujar perancang Bibi Russell. "Saya ingin mereka mendapat pengakuan. BIarkan mereka memiliki kehidupan di bagian dunia ini."

Ganga Dasi, 40, dilempar cairan asam ke wajahnya pada usia 17 saat ia menolak lamaran seseorang.

"Saya kehilangan harapan hidup. Tidak ada yang datang menolong kami," ujarnya kepada Reuters saat ia bersiap ke panggung.

"Sekarang saya lebih percaya diri. Saya tidak akan menyembunyikan wajah saya lagi." [hd]

XS
SM
MD
LG