Tautan-tautan Akses

Pentagon: Tak Ada Kesalahan dalam Serangan Udara Pesawat Nirawak AS di Kabul


Tentara AS dan personel keamanan Afghanistan melakukan invetigasi di lokasi serangan di Kabul, Afghanistan, pada 24 September 2017. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)
Tentara AS dan personel keamanan Afghanistan melakukan invetigasi di lokasi serangan di Kabul, Afghanistan, pada 24 September 2017. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)

Sebuah tinjauan independen yang dilakukan oleh pihak Pentagon telah menyimpulkan bahwa serangan pesawat tak berawak yang digencarkan oleh pihak militer Amerika Serikat (AS) yang menewaskan warga sipil dan anak-anak Kabul yang tidak berdosa di hari-hari terakhir perang Afghanistan tidak disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian.

Tinjauan tersebut juga tidak merekomendasikan pemberian sanksi apa pun atas terjadinya serangan tersebut, demikian dilaporkan kantor berita Associated Press.

Peninjauan yang dilakukan oleh Letnan Jenderal Angkatan Udara Sami Said, menemukan terdapat gangguan dalam komunikasi dan proses mengidentifikasi serta konfirmasi target pengeboman dalam serangan itu, demikian menurut seorang pejabat senior pertahanan yang mengetahui laporan tersebut.

Said menyimpulkan bahwa serangan yang keliru itu terjadi, meskipun langkah-langkah yang cukup hati-hati telah diambil untuk mencegah kematian warga sipil, kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim karena membahas laporan yang belum dirilis.

Sebagai inspektur jenderal Angkatan Udara, Said tidak memiliki hubungan langsung dengan operasi Afghanistan dan oleh karenanya dianggap tepat meninjau secara independen masalah tersebut.

Tinjauan Said mengatakan serangan pesawat tak berawak itu harus dipertimbangkan dalam konteks saat itu, karena pasukan AS berada dalam tekanan, dan dibanjiri informasi tentang ancaman terhadap pasukan dan warga sipil di bandara Kabul, hanya beberapa hari setelah bom bunuh diri yang mematikan terjadi di dekat bandara.

Ribuan warga Afghanistan mengerumuni bandara, berusaha keluar dari negara itu setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di negara itu.

Masih menurut sumber yang sama, Said mendapati komunikasi yang lebih baik antara mereka yang membuat keputusan atas serangan itu dan personel pendukung lainnya mungkin telah menimbulkan lebih banyak keraguan tentang pengeboman itu, tetapi pada akhirnya tragedi bom bunuh diri tersebut tidak dapat dicegah.

Said diminta untuk menyelidiki serangan pesawat tak berawak 29 Agustus pada sedan Toyota Corolla putih, yang menewaskan Zemerai Ahmadi dan sembilan anggota keluarga, termasuk tujuh anak-anak. Ahmadi, 37, adalah karyawan lama sebuah organisasi kemanusiaan Amerika.

Informasi intelijen tentang mobil itu dan potensi ancamannya disampaikan hanya beberapa hari setelah seorang pengebom bunuh diri ISIS menewaskan 13 tentara AS dan 169 warga Afghanistan di gerbang bandara Kabul.

AS sedang berupaya untuk mengevakuasi ribuan orang Amerika, Afghanistan, dan sekutu lainnya setelah pemerintahan negara tersebut runtuh. [my/jm]

XS
SM
MD
LG