Tautan-tautan Akses

Penguasa Militer Mesir Benarkan Penggunaan Tindak Kekerasan terhadap Demonstran


Warga Mesir mengusung jenazah seorang demonstran yang tewas dalam bentrolan di Lapangan Tahrir, Kairo (19/12).
Warga Mesir mengusung jenazah seorang demonstran yang tewas dalam bentrolan di Lapangan Tahrir, Kairo (19/12).

Juru bicara penguasa militer Mesir menyatakan penggunaan kekerasan terhadap demonstran dapat dibenarkan. Ia menekankan banyak demonstran yang menyerang atau memprovokasi tentara atau merusak properti milik pemerintah. Empat belas orang tewas dan 300 orang lebih mengalami luka-luka dalam kekerasan selama empat hari ini di Lapangan Tahrir, Kairo.

Tindakan yang paling baru terhadap para demonstran di Lapangan Tahrir, Kairo, menjelang fajar membuat kebanyakan demonstran muda marah dan semakin getir. Namun, di beberapa tempat lain di Kairo dan di seluruh negara tersebut, tindakan tersebut menuai pujian dari beberapa pengusaha dan warga biasa yang mengatakan demonstrasi baru-baru ini melumpuhkan perekonomian.

Para saksi mata mengatakan polisi mengusir demonstran dariTahrir sekitar pukul empat pagi, Senin (19/12), menembakkan apa yang terdengar seperti bom perkusi. Saksi-saksi mata lain mengatakan polisi memukuli para demonstran yang menginap di masjid dekat lapangan itu. Beberapa tenda demonstran dilaporkan terbakar.

Jenderal Adel Amara, juru bicara Dewan Agung Angkatan Bersenjata (SCAF), membela penindakan tersebut. Ia menuduh para demonstran memprovokasi tentara dan merusak properti milik pemerintah. Ia bahkan mengatakan para demonstran tersebut berusaha menghancurkan negara.

Jenderal Amara mengatakan para demonstran menyalahgunakan kebebasan mereka untuk membuat kekacauan, mencoba menghancurkan Mesir dan bukan hanya sekedar menghancurkan sisa-sisa rezim mantan Presiden Hosni Mubarak, yang memang sudah jatuh. Mesir, menurutnya dalam keadaan bahaya dan tentara, yang selama ini sudah sangat sabar, mendapat tekanan berat.

Jenderal Amara mengatakan para tentara” dilatih untuk berani,” tetapi mereka mengeluh para demonstran “mengganggu” mereka terus menerus, melempari mereka dengan pisau, batu, bom Molotov dan tabung-tabung gas. “Demonstrasi itu, katanya, tidak lagi berlangsung damai."

Bagaimana demonstari ini bisa damai, katanya, jika para demonstran secara fisik mencegah perdana menteri memasuki kantornya? Para tentara yang menjaga kantor-kantor itu, termasuk di gedung parlemen, diejek terus oleh pengunjuk rasa setiap hari.

Tentara baru-baru ini memasang dinding-dinding semen dan kawat berduri untuk mencegah demonstran terlalu dekat dengan gedung parlemen atau kantor Perdana Menteri Mesir. Jaringan TV Al Arabiya menayangkan gambar demonstran melemparkan batu ke arah polisi yang menjaga gedung tersebut.

Sedikitnya empat belas orang tewas dan ratusan terluka dalam kekerasan paling baru itu, yang bermula Jumat ketika polisi membubarkan aksi duduk di depan gedung parlemen dan kantor perdana menteri dan mengusir para demonstran dari Lapangan Tahrir. Sebuah gedung perpustakaan bersejarah musnah terbakar dalam unjuk rasa.

Penumpasan oleh tentara memicu kecaman dari beberapa negara asing, dengan adanya video yang menunjukkan polisi memukuli para demonstran dan beberapa polisi menggunakan senjata melawan para demonstran. Namun, Perdana Menteri Kalal al-Ganzouri menyangkal bahwa pasukan keamanan melayangkan peluru tajam ke arah para demonstran.

XS
SM
MD
LG