Tautan-tautan Akses

Pengamat: Koalisi Poros Tengah Sulit Terbentuk dalam Pilpres 2014


Proses penghitungan surat suara yang masuk melalui pos di TPS KBRI Washington DC, dalam Pileg 2014 (Foto: Screen grab/VOA). Koalisi tidak bisa terhindarkan karena tidak ada partai politik (parpol) yang meraih 25 persen suara, batas minimal untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden.
Proses penghitungan surat suara yang masuk melalui pos di TPS KBRI Washington DC, dalam Pileg 2014 (Foto: Screen grab/VOA). Koalisi tidak bisa terhindarkan karena tidak ada partai politik (parpol) yang meraih 25 persen suara, batas minimal untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden.

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti ragu Koalisi Poros Tengah yang pernah terjadi pada tahun 1999 akan kembali terbentuk pada pemilu 2014 ini.

Pembicaraan mengenai koalisi semakin gencar dilakukan oleh partai politik. Koalisi tidak bisa terhindarkan karena tidak ada partai politik (parpol) yang meraih 25 persen suara, batas minimal untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden.

Pada pemilu legislatif, partai-partai berbasis massa Islam meraih suara yang cukup signifikan. Suara di pimpin oleh Partai kebangkitan Bangsa (PKB) yang berada di urutan ke empat, kemudian, PKS, PAN, PPP dan PBB. Jika digabungkan partai berbasis massa Islam ini akan memperoleh hasil suara total 31,38 persen.

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti ragu Koalisi Poros Tengah yang pernah terjadi pada tahun 1999 akan kembali terbentuk pada pemilu 2014 ini.

Pada saat itu partai-partai berbasis massa Islam berkoalisi dan berhasil mengusung Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur sebagai presiden.

Menurut Ikrar, kondisi politik saat ini jauh berbeda dengan kondisi politik di awal era reformasi dahulu. Selain itu ego dari para petinggi partai Islam saat ini sangat tinggi dan itu berbeda kondisinya ketika terjadi koalisi poros tengah jilid pertama yang begitu solid dan kompak.

"Hampir-hampir tidak mungkin terjadi poros tengah jilid II, karena ego para pemimpin partai Islam itu tidak bisa diturunkan sedikit, sehingga kemudian seseorang itu mau menjadi orang nomor dua tau nomor tiga. Semuanya maunya nomor satu," kata Ikrar Nusa Bhakti.

Hal yang sama juga diungkapkan Pengamat Politik dari Universitas Mercu Buana Heri Budianto. Menurutnya partai-partai Islam saat ini tidak berjalan berdasarkan kepentingan idiologi sehingga sulit untuk menyatukannya.

Kelemahan dari partai Islam di tengah kuatnya ketokohan politik lanjutnya adalah sulitnya mencari figur-figur yang bisa menandingi figur dari partai nasionalis.

"Partai-partai Islam itu menurut saya kesulitan mencari figur yang bisa menandingi partai-partai nasionalis, itu fakta dan harus diakui. Nah disitulah menurut saya kelemahan itu menjadi daya magnet pada akhirnya menjadi kendala bagi partai Islam sendiri untuk bisa menyaingi itu semua," kata Heri Budianto.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Viva Yoga Mauladi menyatakan pada pemilihan presiden 2014, partainya dalam berkoalisi tidak hanya menggantungkan semata dari ideologi politik. PAN menurutnya dapat berkoalisi dengan partai manapun termasuk partai nasionalis sepanjang memiliki visi dan program yang hampir sama.

"Karena bagi PAN secara idiologi politik seluruh partai walaupun ada perbedaan tetapi dari platform manifesto dan program-program partai itu identik dan hampir sama," kata Viva Yoga Mauladi.

Recommended

XS
SM
MD
LG