Tautan-tautan Akses

Pengalaman Berpuasa Mahasiswa Indonesia di Universitas Rutgers


Suasana di kampus Universitas Rutgers, di kota New Brunswick, New Jersey. pada musim semi (foto: dok.).
Suasana di kampus Universitas Rutgers, di kota New Brunswick, New Jersey. pada musim semi (foto: dok.).

Mahasiswa Indonesia di Universitas Rutgers di New Brunswick, New Jersey, tetap menjalankan ibadah puasa walaupun dalam kondisi udara panas dan hari-hari yang panjang.

Abidah Billah Setyowati adalah mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Fulbright yang sedang menempuh program doktoral di Universitas Rutgers, New Brunswick, New Jersey. Di Indonesia, Abidah aktif berkecimpung dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, termasuk untuk Program Pembangunan PBB (UNDP) dan Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID), serta menjadi dosen tamu di Universitas Al-Azhar.

Di universitas bergengsi yang didirikan tahun 1766 dan memiliki lebih dari 56.800 mahasiswa dan lebih dari 13.000 dosen dan staf ini, Abidah menempuh studi jenjang S-3 bidang human geography (geografi manusia) dengan spesialisasi political ecology (ekologi politik).

Abidah mengatakan studi di Universitas Rutgers cukup menyenangkan karena ketika sampai di sana ia mendapati bahwa universitas ini memiliki populasi mahasiswa yang sangat beragam dan populasi mahasiswa Muslim yang besar, mencapai hampir 15 persen. Mereka adalah warga Amerika keturunan imigran dari berbagai negara, terutama Pakistan, dan juga mahasiswa internasional.

Menurut Abidah, dalam banyak hal Rutgers sangat bersahabat terhadap mahasiswa Muslim dan bahkan setiap minggu – tidak hanya selama bulan Ramadan – diadakan ceramah mengenai agama Islam di Campus Center. Selain itu, tidak jauh dari kampus di New Brunswick ada masjid yang cukup besar yang dihidupi oleh komunitas terutama dari Asia selatan.

Abidah mengatakan sangat beruntung bisa merasakan Ramadan di Amerika di mana mungkin ada banyak hal yang tidak bisa dirasakan di Indonesia.

“Pada awalnya, terutama tahun ini saya merasa cukup anxious karena Ramadan sekarang cukup panjang – 14 jam atau lebih – tapi ternyata setelah dijalani, alhamdulillah, lancar-lancar saja. Yang kedua, yang menurut saya yang paling berharga buat saya itu merasakan bagaimana ber-Ramadan ketika saya menjadi minoritas. Kalau di Indonesia, bagi saya Ramadan itu taken for granted, mayoritas orang melakukannya dan banyak situasi yang kondusif yang membuat saya bisa berpuasa dengan baik,” papar Abidah.

Menurut Abidah, dalam banyak hal komunitas Universitas Rutgers sangat bersahabat terhadap mahasiswa Muslim. Setiap minggu – tidak hanya selama bulan Ramadan – diadakan ceramah mengenai agama Islam di Campus Center.
Menurut Abidah, dalam banyak hal komunitas Universitas Rutgers sangat bersahabat terhadap mahasiswa Muslim. Setiap minggu – tidak hanya selama bulan Ramadan – diadakan ceramah mengenai agama Islam di Campus Center.

Di Amerika, ujarnya, banyak tantangannya karena ekspektasi produktivitas tetap sama. Namun, segi baiknya adalah ia berkesempatan menjelaskan tentang konsep berpuasa dan Ramadan dengan cara yang dimengerti secara rasional oleh teman-teman yang bukan Muslim dan mungkin tidak begitu memahami ajaran Islam.

Terkait ceramah mengenai Islam yang diadakan secara rutin di Rutgers, frekuensi kegiatan itu semakin intensif selama Ramadan, menjadi dua kali dalam seminggu dengan berbagai topik, termasuk tentang pengembangan diri sebagai Muslim. Selain itu mahasiswa Muslim juga bisa mengikuti kegiatan-kegiatan Mesjid di dekat kampus.

“Kalau di mesjid, setiap hari ada buka puasa bersama dan bagi mahasiswa hal itu sangat menolong karena acara itu menyediakan makanan gratis. Jadi kegiatan itu bagus untuk mahasiswa yang ingin merasakan Ramadan dan juga ingin mendapatkan makanan gratis’, imbuh Abidah.

Selain buka puasa bersama, selama Ramadan pihak mesjid juga mengintensifkan berbagai kajian, misalnya tentang tafsir. Tapi bagi Abidah yang menarik adalah sesi bulanan tidak hanya selama bulan Ramadan, yakni berupa open house untuk komunitas non-Muslim yang ingin mengetahui tentang Islam dan bertanya apa saja terkait agama Islam.

Abidah mengatakan, berbahagialah orang yang bisa berpuasa di tengah komunitas Indonesia yang memang lingkungannya sangat kondusif. Namun, ia juga merasa bahagia berpuasa di tengah masyarakat yang mayoritas bukan Muslim, karena hal itu memberikan tantangan untuk memberikan pemahaman baru bagi orang-orang yang ingin bertanya tentang puasa, – bahwa Ramadan adalah bulan untuk mengasah kesalehan, baik secara transendental kepada Tuhan maupun secara sosial, serta mengasah empati kepada orang-orang yang tidak berpunya.

XS
SM
MD
LG