Tautan-tautan Akses

Peneliti Temukan Bahan Balsem Mumi Mesir Kuno Berasal dari Asia Tenggara


Seorang pengunjung melihat mumi di museum baru di Bandara Internasional Kairo, di Kairo, Mesir 18 Mei 2021. (Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)
Seorang pengunjung melihat mumi di museum baru di Bandara Internasional Kairo, di Kairo, Mesir 18 Mei 2021. (Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)

Penemuan belasan gelas dan mangkuk di tempat mumifikasi membantu para peneliti mengungkap bagaimana orang Mesir kuno membalsem mayat pada masa itu. Pembalseman tersebut ternyata menggunakan sejumlah bahan "mengejutkan" yang diimpor dari Asia Tenggara, kata sebuah penelitian pada Rabu (1/2).

Mumi emas yang menutupi tubuh Tutankhamen disemayamkan di makam raja di Lembah Para Raja di Luxor, 22 November 2012. (Foto: REUTERS/Asmaa Waguih)
Mumi emas yang menutupi tubuh Tutankhamen disemayamkan di makam raja di Lembah Para Raja di Luxor, 22 November 2012. (Foto: REUTERS/Asmaa Waguih)

Kini tim peneliti dari Universitas Tuebingen dan Universitas Munich di Jerman yang bekerja sama dengan Pusat Riset Nasional di Kairo menemukan beberapa jawaban dengan menganalisis residu di 31 bejana keramik yang ditemukan di bengkel mumifikasi Saqqara.

Dengan membandingkan residu dengan wadah yang ditemukan di kuburan yang berdekatan, mereka dapat mengidentifikasi bahan kimia apa yang digunakan.

Zat tersebut memiliki "antijamur, sifat anti-bakteri" yang membantu "melestarikan jaringan manusia dan mengurangi bau tak sedap," kata penulis utama studi tersebut, Maxime Rageot, dalam konferensi pers.

Kepala mendapat perawatan paling banyak dengan tiga ramuan berbeda, salah satunya diberi label "untuk digunakan di kepala.”

Mumi Tutankhamun terlihat di makam Lembah Para Raja di Luxor, Mesir, Jumat, 4 November 2022. (Foto: AP)
Mumi Tutankhamun terlihat di makam Lembah Para Raja di Luxor, Mesir, Jumat, 4 November 2022. (Foto: AP)

"Namun, sampai sekarang kami hanya bisa menebak zat apa yang ada di balik setiap nama,” ujarnya.

Seorang arkeolog Mesir memeriksa mumi dalam peti mati di situs arkeologi Tuna el-Gebel di Mesir, 2 Februari 2019. (Foto: Reuters)
Seorang arkeolog Mesir memeriksa mumi dalam peti mati di situs arkeologi Tuna el-Gebel di Mesir, 2 Februari 2019. (Foto: Reuters)

Penemuan tersebut menunjukkan bahwa orang Mesir kuno telah membangun "pengetahuan yang sangat besar yang terakumulasi selama proses pembalseman yang berlangsung selama berabad-abad," kata Philipp Stockhammer dari Institut Geoantropologi Max Planck Jerman. Misalnya, mereka tahu bahwa jika garam natron diambil dari tubuh, maka tubuh akan segera "dikolonisasi oleh mikroba yang akan memakan kulit," katanya.

Penggalian Saqqara dipimpin oleh Ramadan Hussein, seorang arkeolog Universitas Tuebingen, yang meninggal tahun lalu sebelum penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Nature pada Rabu (1/2). [ah/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG