Tautan-tautan Akses

Pemulihan Hubungan Turki-Mesir, Tingkatkan Harapan Perdamaian di Timur Tengah dan Afrika


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di sela-sela Piala Dunia di Doha, Qatar, pada 20 November 2022 lalu (foto: dok).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di sela-sela Piala Dunia di Doha, Qatar, pada 20 November 2022 lalu (foto: dok).

Pemulihan hubungan diplomatik antara Turki dan Mesir awal Juli lalu telah meningkatkan harapan untuk menyudahi konflik di Timur Tengah dan Afrika.

Turki dan Mesir sama-sama terlibat dalam perang saudara di Ethiopia dan Libya. Para analis berharap pemulihan hubungan diplomatik penuh baru-baru ini akan membantu kedua negara memulihkan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Analis keamanan di Libya, Aya Burweila, mengatakan, “Pemulihan hubungan ini dapat berdampak pada Mesir, setidaknya dalam isu yang mereka hadapi di Ethiopia, karena kedua negara mendukung pihak yang berbeda dalam konflik itu. Jadi secara umum, menurut saya, pemulihan hubungan ini bagus. Saya kira ini juga akan membantu Libya karena Turki dan Mesir juga mendukung faksi yang berbeda di Libya; dan ini sudah berlangsung lama. Sudah saatnya tokoh-tokoh yang berkuasa menemukan cara yang dapat disepakati semua pihak.”

Intervensi militer Turki untuk mendukung Government of National Accord di Libya melawan pasukan Jenderal Khalifa Haftar yang didukung Mesir telah membawa Turki dan Mesir ke ambang konfrontasi langsung. Ankara mengatakan kini kerjasama ekonomi menawarkan jalan.

Penasihat presiden di Universitas Yeditepe, Istanbul, Mesut Casin mengatakan, “Ketika kita melihat masa-masa menegangkan itu, hampir semua tentara Turki dan Mesir berhadap-hadapan di Libya. Namun demikian, Turki dan Mesir sebenarnya dapat menciptakan ketahanan energi dan perdagangan energi. Kedua, jika mereka bersatu di Libya, itu akan bermanfaat bagi Turki dan Libya.”

Kehadiran militer Turki di Libya tetap menjadi kendala. Mesir telah menyerukan penarikan pasukan Turki itu.

Kembali Aya Burweila mengatakan, “Mesir ingin melihat tindakan nyata. Mereka ingin Turki menarik pasukannya dari Libya. Penarikan tentara bayaran Suriah dari Libya. Mesir punya batasan yang tidak dapat dilanggar di Libya.”

Kekayaan energi Libya yang besar menjadi dorongan kuat bagi kerjasama Turki dan Mesir.

Pengamat di Royal United Services Institute di London, Jalel Harchaoui, mengatakan, “Ini tentang menjaga Libya, mencegah memburuknya situasi di negara-negara seperti Tunisia, jika Chad – yang rapuh – terlibat dalam masalah karena terfragmentasi oleh perang Sudan; kita dapat berasumsi bahwa Turki dan Mesir kira-kira berada di pihak yang sama. Hal yang sama dengan Sudan, tidak selamanya ada reaksi spontan yang bertentangan.”

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menandatangani puluhan miliar dolar dengan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi – yang merupakan sekutu Mesir. Para analis mengatakan kesepakatan semacam itu akan membantu memastikan masa depan pemulihan hubungan baru Turki dan Mesir; dan menghapus potensi destabilisasi di kawasan itu. [em/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG