Tautan-tautan Akses

Pemimpin Dunia Kecewa atas Penarikan Mundur AS dari Perjanjian Iklim Paris


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Batubara) di Glenrock, Wyoming, AS. Amerika adalah negara kedua pencemar udara terbesar setelah China.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Batubara) di Glenrock, Wyoming, AS. Amerika adalah negara kedua pencemar udara terbesar setelah China.

Para pemimpin dunia dan kelompok-kelompok lingkungan telah menyampaikan kekecewaan mereka terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik diri dari perjanjian iklim Paris yang bersejarah, upaya global untuk menangani dampak perubahan iklim.

Para pemimpin Jerman, Perancis dan Italia, dalam langkah yang sangat tidak biasa, mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan "penyesalan" atas keputusan tersebut.

"Kami sangat yakin perjanjian tersebut tidak bisa dinegosiasikan ulang," kata mereka, menghentikan keyakinan pemimpin AS bahwa ia bisa menegosiasikan kembali Amerika untuk bergabung lagi dengan Perjanjian Paris itu. Trump ketika mengumumkan penarikan AS dari perjanjian itu mengatakan terbuka dengan "perundingan untuk kembali pada Perjanjian Paris ".

Jean-Claude Juncker, presiden Komisi Eropa, pada konferensi Konfederasi Pengusaha Jerman di Berlin mengatakan "Amerika tidak bisa keluar begitu saja dari perjanjian," dan menambahkan "perlu tiga hingga empat tahun" untuk menarik diri.

Hua Chunying, seorang juru bicara kementrian luar negeri China, Jumat, mengatakan kepatuhan China terhadap Perjanjian Paris adalah "tanggung jawab China sebagai negara besar yang bertanggung jawab."

Berbicara kepada wartawan Jumat di Beijing, juru bicara itu mengatakan, "Menurut kami kesepakatan Paris mencerminkan kesepakatan terluas dari masyarakat internasional untuk menghentikan perusahaan dan pihak-pihak dalam perjanjian harus menghargai hasil yang telah dicapai dengan susah payah ini."

China adalah negara pencemar udara terbesar di dunia sementara AS pada posisi kedua.(my/pp)

XS
SM
MD
LG