Tautan-tautan Akses

Pemimpin Dunia Janji Berbagi Tanggung Jawab soal Migran


Jim Yong Kim (depan), Presiden Bank Dunia, berbicara pada KTT soal pengungsi di markas besar PBB di New York, Senin (19/9).
Jim Yong Kim (depan), Presiden Bank Dunia, berbicara pada KTT soal pengungsi di markas besar PBB di New York, Senin (19/9).

Masyarakat internasional berjanji meningkatkan respon mereka terhadap krisis pengungsi dan migrasi global, meskipun sebagian mempertanyakan apakah rencana tersebut sudah memadai.

Masyarakat Internasional berjanji untuk meningkatkan tanggapannya terhadap pengungsi global dan krisis migrasi, meskipun sebagian mempertanyakan apakah rencana itu memadai. Dalam KTT hari Senin di PBB, negara-negara anggota setuju untuk melindungi hak-hak pengungsi dan migran dan berbagi tanggung jawab untuk gerakan orang-orang dalam jumlah besar pada skala global.

Dalam KTT hari Senin (19/9) di PBB, negara-negara anggota sepakat melindungi hak-hak pengungsi dan migran, dan akan berbagi tanggung jawab untuk perpindahan orang dalam jumlah besar pada skala global.

“Pengungsi dan migran seharusnya tidak dipandang sebagai beban, mereka menawarkan potensi besar kalau kita bisa menanganinya,” kata Sekjen Ban Ki-moon kepada majelis PBB itu.

“Kita harus menjadikan HAM seluruh pengungsi dan migran bagian penting dari komitmen kita,” tegasnya.

Belum pernah terjadi 65 juta orang terpaksa mengungsi di dunia ini, sebagian akibat konflik atau penganiayaan, lainnya akibat kemiskinan, dan banyak lagi akibat bencana alam.

Deklarasi yang disahkan di New York itu mengupayakan dukungan lebih banyak bagi negara-negara yang paling terimbas krisis, untuk membantu anak-anak terlantar mendapat akses ke pendidikan dan untuk meningkatkan dana kemanusiaan dan memukimkan kembali pengungsi.

Rencana meminta pemerintah memukimkan kembali 10 persen pengungsi di dunia setiap tahun dibatalkan dan deklarasi akhir itu tidak mensyaratkan negara-negara mengambil jumlah tertentu orang, yang menuai kritik, terutama dari LSM.

Organisasi Human Rights Watch mengatakan deklarasi itu merupakan “hilangnya kesempatan” untuk memperluas lingkup perlindungan pengungsi dan migran, dengan menambahkan “membatasi harapan bagi komitmen nyata dan baru”.

“Sejak saya tiba di Belanda saya menyaksikan bagaimana Eropa pun menghadapi kesulitan” kata pengungsi Suriah Mohammed Badran kepada majelis. “Sebagai pengungsi muda kami menghadapi kemarahan dan ketakutan setiap hari. Pintu-pintu tertutup bagi kami, kami mendapat

penolakan pendidikan tinggi. Kami kerap diabaikan, tidak dianggap serius dan disepelekan” katanya.

PBB lebih menekankan perlawanan terhadap diskriminasi dan xenophobia terkait pengungsi dan migran sementara negara-negara menutup perbatasan mereka akibat pengungsian manusia yang meningkat.

Komisaris HAM PBB Zeid al-Hussein secara khusus menegaskan, dan mengatakan kepada para pemimpin bahwa di banyak negara suara-suara positif digantikan oleh “suara-suara fanatik yang menghasut perbedaan ras, yang ingin memanfaatkan situasi untuk memperoleh atau mempertahankan kekuasaan, lewat penyebaran prasangka dan kebohongan, serta mengorbankan mereka yang paling rentan dan pada akhirnya mempengaruhi semuanya termasuk mereka yang awalnya mendukung”.

Al-Hussein memperingatkan bahwa sebagian “orang-orang fanatik dan pembohong itu” yang menentang berbagi tanggung jawab yang lebih besar dan mendukung perpecahan mungkin ada di aula ini.

“Jika ada di sini, kami katakan kepada anda: Kami akan terus menyebut nama Anda secara terbuka. Anda mungkin akan segera pergi dari ruangan ini, tapi Anda tidak bisa mengelak dari penilaian rakyat seluruh dunia,” demikian ujar al-Hussein. [my/jm]

XS
SM
MD
LG