Tautan-tautan Akses

Pemantau Uni Eropa: Pemilu Guinea Berlangsung Bebas dan Jujur


Para pemilih antri di sebuah TPS dalam pilpres di ibukota Guinea, Conakry, Minggu (11/10).
Para pemilih antri di sebuah TPS dalam pilpres di ibukota Guinea, Conakry, Minggu (11/10).

Para pemantau Uni Eropa menyatakan pemilihan presiden di Guinea pada hari Minggu (11/10) berlangsung bebas dan jujur.

Para pemantau Uni Eropa menyatakan meskipun ada masalah logistik, pemilihan presiden Guinea pada hari Minggu (11/10) lalu tampaknya berlangsung bebas dan jujur.

Komentar-komentar pada hari Selasa (13/10) dari tim pemantau PBB dan pemimpinnya, Frank Engel, berselisih pendapat dengan para kandidat oposisi yang menyatakan pemilu dicurangi agar dapat dimenangkan Presiden Alpha Conde dan harus dianulir.

Menurut pernyataan empat halaman dari tim Uni Eropa, pemilihan itu dicemari oleh kesalahan teknis seperti daftar pemilih yang tidak disusun sesuai abjad dan kekacauan mengenai kapan TPS-TPS seharusnya tutup.

Tetapi dalam wawancara dengan VOA, Engel mengatakan pelanggaran besar-besaran seperti kotak suara yang telah diisi sebelumnya dan kecurangan pemilu yang dilakukan oposisi tidak dapat diverifikasi oleh para pemantau Uni Eropa.

“Saya mendapat kesan bahwa proses yang dapat kami saksikan di TPS-TPS berlangsung jujur,” ujarnya. “Kesan saya adalah masyarakat yang memberikan telah memutuskan siapa yang akan mereka pilih, dan karena itu saya katakan pemilu ini berlangsung bebas.”

Para pejabat Guinea belum melansir hasil pemilu hari Minggu. Presiden Alpha Conde diperkirakan luas akan memenangi masa jabatan kedua, meskipun mungkin saja persaingan akan berlangsung cukup ketat sehingga harus dilangsungkan pemilu putaran kedua.

Dalam konferensi pers bersama hari Senin, penantang utama Conde, mantan perdana menteri Cellou Dalein Diallo, dan enam kandidat lainnya mengecam pemilu itu sebagai “penipuan besar” dan menyatakan mereka tidak akan mengakui hasilnya.

Para kandidat menyatakan mereka telah mencatat kecurangan besar dalam pemilihan, termasuk hasil yang dipalsukan, kotak suara yang sudah terisi serta intimidasi dan penangkapan oleh pasukan keamanan.

Ini adalah pemilihan presiden kedua yang berlangsung demokratis di Guinea dalam 57 tahun. [uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG