Tautan-tautan Akses

Pelatih Arema: 'Fans Tewas di Pelukan Pemain'


Sekelompok pria tampak membopong salah satu rekannya setelah kekisruhan meletus selepas pertandingan sepak bola antara Arema dan Persebaya di stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022. (Foto: AFP)
Sekelompok pria tampak membopong salah satu rekannya setelah kekisruhan meletus selepas pertandingan sepak bola antara Arema dan Persebaya di stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022. (Foto: AFP)

Pelatih klub sepak bola Arema asal Chili, Javier Roca, pada Minggu (2/10) mengatakan "sejumlah fans tewas di pelukan pemain" dan mengklaim polisi yang menembakkan gas air mata sudah bertindak "kelewat batas," dalam tragedi di stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan sedikitnya 125 orang.

Insiden tersebut terjadi ketika para pendukung Arema FC menyerbu lapangan di stadion Kanjuruhan, setelah timnya kalah dari rival kuat, Persebaya Surabaya. Pertandingan itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Persebaya.

Polisi mengatakan 323 orang mengalami cedera dalam salah satu tragedi di stadion olahraga dengan korban terbanyak di dunia.

"Yang paling menyedihkan adalah ketika para korban akan ditangani oleh dokter tim. Sekitar 20 orang datang dan empat sudah tewas. Fans tewas di pelukan pemain," kata Roca kepada lembaga penyiaran Spanyol, Cadena Ser.

"Saya hancur. Saya merasakan beban berat, bahkan tanggung jawab yang berat," ujarnya.

Polisi, yang menggambarkan peristiwa itu sebagai "kerusuhan," mengatakan mereka berusaha memaksa ribuan fans untuk kembali ke area tempat duduk dari lapangan dan menembakkan gas air mata setelah dua petugas tewas.

Banyak dari korban yang terinjak-injak atau sesak napas hingga tewas, menurut polisi.

Stadion itu menampung 42.000 orang dan pihak berwenang mengatakan tiket pertandingan antara Arema melawan Persebaya terjual habis. Polisi mengatakan sekitar 3.000 orang turun menyerbu ke lapangan.

Roca, yang menghabiskan sebagian besar karir kepelatihannya di Indonesia, menuduh polisi telah bereaksi berlebihan dan menambahkan bahwa stadion tidak siap untuk mengantisipasi bencana semacam itu.

"Terbukti bahwa stadion itu tidak siap, mereka tidak menduga kekisruhan semacam itu. Tak pernah ada peristiwa seperti itu di stadion, dan akibatnya fatal karena banyak orang yang berusaha lari menyelamatkan diri," tambah Roca.

"Saya pikir polisi kelewat batas, meskipun saya tidak ada di tempat kejadian dan mengalaminya.

"Tapi dilihat dari gambar-gambar, mereka bisa saja menggunakan teknik lain. Tidak boleh ada hasil pertandingan, seberapapun pentingnya, yang sebanding dengan kehilangan nyawa." [vm/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG