Tautan-tautan Akses

PBB Serukan Lebih Banyak Titik Masuk bagi Bantuan ke Gaza


Anak-anak Palestina membawa panci saat antre untuk menerima pembagian makanan dari sebuah dapur amal, di tengah kekurangan pasokan makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan (foto: dok).
Anak-anak Palestina membawa panci saat antre untuk menerima pembagian makanan dari sebuah dapur amal, di tengah kekurangan pasokan makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan (foto: dok).

Badan-badan bantuan PBB pada Senin (15/1) memperingatkan bahwa tanpa tambahan akses ke Jalur Gaza, ancaman kelaparan dan penyakit akan meningkat di antara 2,2 juta penduduk yang sudah kesulitan.

Kepala Program Pangan Dunia, atau WFP, badan anak-anak PBB, UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia, atau WHO, dalam pernyataan bersama mengatakan bahwa pembukaan rute masuk yang baru, makin banyak truk yang diizinkan melewati pemeriksaan perbatasan setiap hari, pembatasan yang lebih sedikit terhadap pergerakan pekerja kemanusiaan, dan jaminan keselamatan bagi orang-orang yang mengakses dan mendistribusikan bantuan, diperlukan agar pasokan yang cukup dapat menjangkau warga Palestina di Gaza.

“Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan melihat orang-orang kelaparan. Akses kemanusiaan diperlukan sekarang agar pasokan dapat mengalir ke seluruh Gaza dan agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan nyawa dengan aman,” kata Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain.

McCain mengatakan kelaparan dapat dicegah, namun hanya jika lembaga kemanusiaan dapat memberikan pasokan bantuan yang cukup dan memiliki akses kepada semua orang yang membutuhkan, di seluruh wilayah Gaza. WFP telah menjangkau 900.000 lebih dari 2,2 juta orang di Gaza sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober.

PBB dan para mitra bantuannya memanfaatkan perbatasan Rafah dari Mesir ke Gaza, yang pada dasarnya merupakan tempat penyeberangan pejalan kaki, dan tidak dapat menangani volume truk yang harus memasuki wilayah tersebut, sehingga menyebabkan kemacetan yang besar.

Israel mengizinkan pembukaan jalur penyeberangan Kerem Shalom satu bulan yang lalu untuk tujuan kemanusiaan, namun PBB mengatakan penggunaannya berfluktuasi tergantung pada situasi keamanan.

Para kepala bantuan mengatakan mereka memerlukan izin Israel untuk menggunakan pelabuhan aktif yang dekat dengan Gaza dan titik-titik penyeberangan perbatasan ke bagian utara Gaza. Mereka mengatakan akses ke pelabuhan Ashdod, sekitar 40 kilometer ke utara, akan memfasilitasi bantuan dalam jumlah yang jauh lebih besar untuk dikirim dan kemudian akan dipindahkan dengan truk ke Gaza utara. Meskipun ada perintah evakuasi dari Israel, sekitar 300.000 warga Palestina masih berada di wilayah utara, dan hanya sedikit konvoi yang mampu menjangkau mereka.

Dengan hanya ada dua pilihan penyeberangan perbatasan ke Gaza saat ini, WFP mengatakan mereka hanya dapat memenuhi 20% dari target bulanannya. Pada hari Sabtu, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan bahwa 108 truk berisi makanan, obat-obatan dan pasokan lainnya memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah. Laporan tersebut tidak melaporkan angka untuk Kerem Shalom. Sebelum eskalasi terjadi, sekitar 500 truk komersial dan bantuan memasuki wilayah kantong tersebut setiap hari.

Israel menempatkan Gaza yang dikuasai Hamas di bawah blokade total setelah serangan teror Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Kelompok yang oleh AS dan Uni Eropa ditetapkan sebagai kelompok teror ini juga menculik sekitar 240 sandera Israel dan warga negara asing di Gaza. Lebih dari seratus orang dibebaskan selama jeda perang seminggu pada akhir November. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan lebih dari 24.000 warga Palestina tewas, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Di bawah tekanan internasional yang kuat, Israel telah melonggarkan blokadenya, namun Gaza masih mengalami pemadaman listrik dan berulang kali mengalami pemadaman telekomunikasi sejak 7 Oktober – yang terakhir dimulai pada 12 Januari.

Para aktivis kemanusiaan mengatakan proses pemeriksaan pasokan bantuan masih lambat dan tidak dapat diprediksi, dan pihak berwenang Israel telah membatasi masuknya beberapa bahan yang sangat mereka perlukan, termasuk generator.

Kelaparan mulai terjadi

Klasifikasi Fase Gizi dan Ketahanan Pangan Terpadu yang didukung PBB bulan lalu memperingatkan bahwa lebih dari setengah juta warga Palestina di Gaza sedang menghadapi tingkat kelaparan yang sangat besar, dan hampir 400.000 orang berada di ambang kelaparan.

UNICEF pada hari Senin mengatakan bahwa anak-anak Palestina berisiko tinggi meninggal karena kekurangan gizi dan penyakit dan sangat membutuhkan perawatan medis, air bersih dan layanan sanitasi. Namun kondisi di lapangan membuat tim kemanusiaan tidak mungkin mencapai lokasi tersebut dengan aman, kata badan tersebut.

“Beberapa bahan yang sangat kami perlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan pasokan air masih dilarang memasuki Gaza,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell. “Kehidupan anak-anak dan keluarga mereka berada dalam bahaya. Setiap menit berarti.”

Kelaparan juga membuat masyarakat, terutama anak-anak, berisiko meninggal akibat penyakit, termasuk diare, yang meningkat pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.

“Kelaparan akan membuat situasi yang sudah buruk menjadi bencana besar, karena orang yang sakit lebih mungkin mengalami kelaparan, dan orang yang kelaparan lebih rentan terhadap penyakit.

Kita membutuhkan akses yang aman dan tanpa hambatan untuk menyalurkan bantuan dan gencatan senjata kemanusiaan guna mencegah kematian dan penderitaan lebih lanjut,” kata ,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. [my/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG