Tautan-tautan Akses

PBB: Sedikitnya 65 Jenazah Migran Ditemukan di Kuburan Massal di Libya


FILE - Foto udara "Pencarian dan Identifikasi Orang Hilang" yang didukung oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB saat menggali di situs kuburan massal di wilayah barat wilayah Tarhuna Libya, 7 November 2020. (Mahmud TURKIA / AFP)
FILE - Foto udara "Pencarian dan Identifikasi Orang Hilang" yang didukung oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB saat menggali di situs kuburan massal di wilayah barat wilayah Tarhuna Libya, 7 November 2020. (Mahmud TURKIA / AFP)

Sebuah kuburan massal berisi “sedikitnya 65 jenazah migran” ditemukan di barat daya Libya minggu ini, kata badan migrasi PBB, Jumat (22/3).

Juru bicara Organisasi Migrasi Internasional (International Migration Organization/IOM) mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kuburan massal tersebut ditemukan oleh pasukan keamanan Libya.

IOM mengatakan pihaknya “sangat terkejut dan prihatin.” Dia menambahkan bahwa penyebab kematian “masih belum diketahui”.

“Tetapi diyakini bahwa mereka meninggal dalam proses penyelundupan melalui padang pasir,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

FILE - Pegawai Kementerian Kehakiman Libya menggali kuburan massal di kota Tarhouna, Libya, Selasa, 23 Juni 2020. (AP/Hazem Ahmed)
FILE - Pegawai Kementerian Kehakiman Libya menggali kuburan massal di kota Tarhouna, Libya, Selasa, 23 Juni 2020. (AP/Hazem Ahmed)

Lebih dari satu dekade ketidakstabilan akibat kekerasan sejak penggulingan dan pembunuhan diktator Moamar Gaddafi pada tahun 2011 dalam pemberontakan yang didukung NATO telah mengubah Libya menjadi lahan subur bagi penyelundup manusia, yang telah lama dituduh melakukan pelanggaran terhadap migran.

IOM mengatakan pihaknya mengapresiasi pihak berwenang Libya yang telah melancarkan penyelidikan atas kematian tersebut. Pernyataan itu meminta mereka untuk “memastikan pemulasaraan yang bermartabat, identifikasi dan pemindahan jenazah para migran yang meninggal,” dan memberi tahu serta membantu pihak keluarga masing-masing.

IOM mengatakan kematian tersebut menunjukkan “kebutuhan mendesak untuk mengatasi tantangan migrasi tidak teratur termasuk melalui respons terkoordinasi terhadap penyelundupan migran dan perdagangan manusia”.

Menurut catatan Proyek Migran Hilang IOM, sedikitnya 3.129 migran tewas atau hilang pada tahun 2023 di sepanjang rute Mediterania menuju Eropa, menjadikannya rute migrasi paling mematikan di dunia. [lt/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG