Tautan-tautan Akses

PBB: Korban Warga Sipil Afghanistan Turun 13 Persen, Terendah sejak 2012


Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), dalam Laporan tengah tahunnya menyatakan korban warga sipil di Afghanistan yang dilanda konflik telah turun 13 persen pada semester pertama tahun ini, terendah sejak 2012. (Foto: ilustrasi).
Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), dalam Laporan tengah tahunnya menyatakan korban warga sipil di Afghanistan yang dilanda konflik telah turun 13 persen pada semester pertama tahun ini, terendah sejak 2012. (Foto: ilustrasi).

PBB menyatakan korban warga sipil di Afghanistan yang dilanda konflik telah turun 13 persen pada semester pertama tahun ini, angka yang terendah sejak 2012. PBB mengaitkan ini terutama dengan berkurangnya skala operasi pasukan militer internasional pimpinan AS dan teroris ISIS.

Penurunan ini menyusul kesepakatan penting yang dicapai AS dan pemberontak Taliban pada Februari lalu untuk mengakhiri perang 19 tahun di Afghanistan, yang terlama yang diikuti Amerika.

Dalam laporan tengah tahun yang dirilis hari Senin oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), misi itu mencatat hampir 3.500 korban warga sipil, termasuk 1.282 kematian. Menurut UNAMA, pertumpahan darah itu kebanyakan disebabkan oleh Taliban dan pasukan keamanan nasional Afghanistan.

Secara keseluruhan, jumlah korban warga sipil itu mewakili penurunan 13 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, dan ini merupakan angka terendah sejak 2012, sebut laporan itu.

UNAMA menyatakan menyambut baik penurunan itu, tetapi mencatat bahwa ini sebagian besar karena turunnya jumlah korban warga sipil yang disebabkan pasukan militer internasional serta cabang ISIS di Afghanistan.

Laporan itu mencatat bahwa pasukan keamanan nasional Afghanistan bertanggung jawab sebagai penyebab 23 persen korban warga sipil, suatu peningkatan sembilan persen.

Korban warga sipil dari serangan-serangan udara oleh Angkatan Udara Afghanistan dalam enam bulan pertama 2020 telah berlipat tiga dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Pasukan propemerintah tetap menjadi penyebab sebagian besar kematian anak-anak, lanjut laporan itu. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG