Tautan-tautan Akses

PBB Keluarkan $100 Juta Dana Darurat untuk Tujuh Lokasi Kelaparan di Dunia


Para pedagang roti di Sanaa, Yaman, tampak menunggu pembeli pada 1 April 2022. Krisis Ukraina telah menyebabkan sejumlah harga komoditas melonjak di Yaman. (Foto: Reuters/Khaled Abdullah)
Para pedagang roti di Sanaa, Yaman, tampak menunggu pembeli pada 1 April 2022. Krisis Ukraina telah menyebabkan sejumlah harga komoditas melonjak di Yaman. (Foto: Reuters/Khaled Abdullah)

PBB, pada Kamis (14/4), mengumumkan akan mengeluarkan $100 juta dari dana darurat badan tersebut untuk tujuh titik rawan kelaparan, yaitu: Yaman dan enam negara Afrika – Somalia, Ethiopia, Kenya, Sudan, Sudan Selatan dan Nigeria – karena “limpahan konflik Ukraina mengancam akan mendorong jutaan orang menderita kelaparan akut.”

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan meskipun “konflik bersenjata, kekeringan dan gejolak ekonomi menjadi pendorong utama kerawanan pangan di tujuh negara penerima itu, konflik di Ukraina menimbulkan situasi mengerikan yang bahkan lebih buruk lagi, mengganggu pasar pangan dan energi, serta meningkatan biaya impor di luar jangkauan konsumen.”

Pengumuman itu disampaikan PBB setelah debat sengit antara Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield dan Wakil Duta Besar Rusia Untuk PBB Dmitry Polyansky pada Kamis (14/4),retaris di mana Polyansky mengatakan “faktor utama ketidakstabilan dan sumber masalah saat ini bukan karena operasi militer khusus Rusia di Ukraina, tetapi karena sanksi-sanksi yang dikenakan pada negara kami, dengan berusaha memutus pasokan apapun dari Rusia dan rantai pasokan...”

Ditanya tentang pernyataan Polyansky itu dan apakah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres khawatir sanksi-sanksi Barat pada Rusia akan menaikkan harga pangan, Dujarric menjawab “saya kira cukup aman untuk mengatakan tidak akan ada sanksi jika tidak ada konflik.”

Satuan Tugas PBB pada Rabu (13/4) memperingatkan bahwa perang mengancam akan menghancurkan ekonomi banyak negara berkembang yang sekarang menghadapi biaya pangan dan energi yang lebih tinggi, serta kondisi keuangan yang semakin sulit.

Sekjen PBB Antonio Guterres meluncurkan laporan yang mengatakan “sebanyak 1,7 miliar orang – yang sepertiga diantaranya sudah hidup dalam kemiskinan – sekarang menjadi sangat rentan terhadap gangguan dalam sistem pangan, energi dan keuangan yang memicu peningkatan kemiskinan dan kelaparan.” [em/rd]

XS
SM
MD
LG