Tautan-tautan Akses

Paus Fransiskus Pimpin Misa di Philadelphia, Akhiri Lawatan di AS


Paus menyapa massa yang menunggu, sebelum memimpin misa perpisahan kunjungan enam harinya di AS, di kota Philadelphia hari Minggu (27/9).
Paus menyapa massa yang menunggu, sebelum memimpin misa perpisahan kunjungan enam harinya di AS, di kota Philadelphia hari Minggu (27/9).

Paus Fransiskus memimpin misa di hadapan sejumlah besar umat di Philadelphia. Misa ini mengakhiri kunjungan enam hari di Amerika Serikat yang memikat rakyat AS dan menguatkan umatnya.

Misa tersebut merupakan perayaan agung ritual suci, tetapi pusat perhatian Paus Fransiskus adalah pada mukjizat-mukjizat kecil.

"Seperti makanan hangat yang kita nantikan pada malam hari, sarapan yang disiapkan untuk mereka yang bangun pagi untuk bekerja," kata Paus.

Sri Paus mengatakan kepada umat yang hadir bahwa wujud terbaik kasih tampak dalam apa yang ia sebut “perbuatan-perbuatan kecil,” khususnya di dalam rumah.

"Kasih itu berupa perbuatan-perbuatan kecil yang dilakukan oleh para ibu, ayah, nenek, kakek, anak-anak dan saudara. Ini merupakan isyarat-isyarat kecil kelemah-lembutan, kasih sayang dan belas kasih," ujarnya.

Tetapi, Paus Fransiskus yang berbicara dalam bahasa Spanyol dengan logat Argentina, juga menyebutkan mukjizat yang lebih besar.

"Berapa banyak di orang yang hadir dalam perayaan misa ini! Misa ini sendiri adalah semacam keajaiban dalam dunia sekarang," katanya.

Kehadiran Sri Paus mengundang begitu banyak orang ke Philadelphia, setelah kegiatannya yang padat selama sepekan di tiga kota di Amerika.

Paus Fransiskus, yang berharap dapat menghidupkan kembali gereja yang menghadapi berbagai tantangan, membahas tentang krisis pelecehan seksual di kota yang pernah menjadi pusat agama Katolik di Amerika itu.

Kunjungan tersebut jelas merupakan hari-hari yang padat kegiatan dan tentu saja melelahkan bagi Sri Paus. Tetapi hasilnya, para jemaatnya merasa terilhami dan dikuatkan.

"Saya merasa gembira luar biasa, optimistik, dan sangat damai," kata Ruth Nocero, seorang jemaat.

"Suaranya begitu berpengaruh. Saya kira ia dapat membantu memperbaiki banyak masalah yang dihadapi gereja," tukas Max Kolasch.

Tetapi sekarang ini, pencapaian terbesarnya - yang ia sebut mukjizat - adalah kegiatannya yang luar biasa banyak itu berlangsung tanpa gangguan.

Paus Fransiskus menutup hari terakhir rangkaian kunjungannya ke Amerika dengan menyentuh banyak tema kepausannya, khususnya empati bagi golongan masyarakat yang tertindas.

Pada Minggu (27/9) malam, Wakil Presiden AS Joe Biden memimpin delegasi untuk mengantarkan dan mengucapkan selamat jalan kepada Paus Fransiskus. Delegasi itu menunggu di bandar udara, sampai pesawat yang membawa Paus meninggalkan Amerika untuk kembali ke Vatikan. [uh/lt]

XS
SM
MD
LG