Tautan-tautan Akses

Pasca Saling Serang di Twitter, Trump Bertemu Macron


Presiden AS Donald Trump (kiri) disambut oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron setibanya di Istana Elysee, Paris (10/11).
Presiden AS Donald Trump (kiri) disambut oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron setibanya di Istana Elysee, Paris (10/11).

Setelah melancarkan kecaman keras di Twitter tak lama setelah mendarat di Paris pada hari Jumat (8/11), Presiden Amerika Donald Trump hari Sabtu (9/11) bertemu Presiden Perancis Emmanuel Macron di Istana Elysee untuk membahas keamanan di Timur Tengah dan Eropa.

Pemimpin Amerika itu melakukan perjalanan bersama Ibu Negara Melania untuk mengikuti upacara peringatan 100 tahun gencatan senjata yang mengakhiri Perang Dunia Pertama yang menewaskan lebih dari 40 juta orang. Upaya yang diadakan di Arc de Triomphe itu akan dihadiri oleh puluhan pemimpin dunia.

Pesawat Mendarat, Trump Cuit Seruan bagi Tuan Rumah

Namun kontroversi tampaknya sudah muncul ketika pesawat Air Force One mendarat di Bandara Orly, Jumat (9/11), dimana Trump mengirim pesan kepada tuan rumah dengan menyebut seruan Macron untuk pembentukan militer Eropa sebagai hal yang “sangat menghina.” Cuitan yang disampaikan Trump di Twitter menyarankan Eropa untuk pertama-tama “membayar bagiannya pada NATO secara adil.”

Ketika ia keluar dari pesawat kepresidenan di Paris, sekelompok wartawan Gedung Putih menanyakan tentang pesannya di Twitter itu. Trump melihat ke arah mereka tetapi tidak memberi tanggapan apapun.

Ini merupakan perselisihan terbaru di antara kedua pemimpin, dalam pasang surut hubungan yang tampaknya akan tercermin dalam upacara hari Minggu (11/11).

Trump Berulangkali Desak Negara-Negara Eropa Bayar Anggaran Pertahanan Untuk NATO

Amerika dan Perancis adalah sekutu selama dua perang dunia dan mitra dalam struktur keamanan pasca Perang Dunia Kedua untuk Eropa Barat yaitu Organisasi Kerjasama Atlantik Utara NATO, yang terdiri dari kekuatan-kekuatan terpisah dengan beragam kapabilitas dan pasukan negara-negara anggota.

Namun demikian sejak menjabat hampir dua tahun lalu, Trump telah berulangkali mempertanyakan perjanjian pertahanan bersama itu dan mengecam keras negara-negara Eropa karena gagal memenuhi janji untuk memberikan dua persen dari PDB di bidang pertahanan. Trump menekankan bahwa Amerika perlu mengurus diri sendiri dulu sebelum mengurus kebutuhan negara lain, dan menolak konsep globalisme.

Macron Serukan Pembentukan “Tentara Eropa Sejati”

Macron, ketika berkunjung ke Front Barat Perang Dunia Pertama di Verdun, mengatakan kepada radio Europe-1 bahwa guna menghadapi ancaman Rusia, Eropa “lebih baik mempertahankan diri sendiri” dan bahwa warga Eropa tidak lagi dapat melindungi diri mereka tanpa kehadiran “tentara Eropa sejati.”

Dalam wawancara itu Macron juga mengecam pengumuman yang disampaikan Trump baru-baru ini bahwa Amerika akan mengundurkan diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah – atau dikenal sebagai Perjanjian INF – suatu perjanjian yang dicapai Presiden Amerika Ronald Reagan dan Sekretaris Jendral Uni Sovyet (ketika itu) Mikhail Gorbachev untuk membatasi penggunaan senjata nuklir.

“Korban utama” dari mundurnya Amerika dari perjanjian itu, tegas Macron, adalah “Eropa dan keamanannya.”

Macron menambahkan Eropa juga harus melindungi dirinya sendiri sehubungannya dengan keberadaan “China, Rusia dan bahkan Amerika.”

Menteri Pertahanan Eropa Bahas Operasi Kekuatan Internasional Baru

Sembilan menteri pertahanan negara-negara Eropa kini juga sedang membahas operasi kekuatan internasional baru.

Para pemimpin Eropa menilai tuntutan Trump untuk menyumbangkan miliaran dolar dari pengeluaran pertahanan mereka sebagai ancaman bahwa Amerika akan mundur dari aliansi yang sudah berumur hampir 70 tahun itu.

Namun gagasan pembentukan pasukan Eropa itu tidak terlalu mendapat dukungan dari Jerman dan Inggris. Sejumlah analis politik dan pertahanan mempertanyakan apakah negara-negara Eropa memiliki tekad, anggaran atau peralatan militer untuk menggantikan kekuatan Amerika. [em]

XS
SM
MD
LG