Presiden Tunisia memecat perdana menteri negara itu pada Minggu (25/7) dan membekukan aktivitas parlemen. Langkah itu diambil setelah terjadinya demonstrasi yang diwarnai kekerasan terkait situasi pandemi dan ekonomi di negara itu.
Presiden Kais Saied juga mencabut imunitas semua anggota parlemen dan mengatakan akan mengangkat seorang perdana menteri baru dalam beberapa jam ke depan untuk menenangkan negara itu. Belum jelas apa dampak yang akan terjadi dari pembekuan parlemen.
Pengumuman itu muncul setelah sebuah pertemuan darurat menyusul protes-protes nasional.
Ribuan orang melanggar pembatasan terkait virus corona untuk berunjuk rasa di bawah terik matahari pada Minggu (25/7) di Ibu Kota Tunisia, Tunis, dan kota-kota lain. Massa yang didominasi anak muda meneriakkan "Keluar!" dan slogan-slogan menuntut pembubaran parlemen dan diadakannya pemilu dini.
Protes-protes diserukan pada peringatan 64 tahun kemerdekaan Tunisia oleh sebuah kelompok baru bernama Gerakan 25 Juli.
Pasukan keamanan dikerahkan dalam jumlah besar, terutama di Tunis dimana blokade polisi menutup semua jalan menuju arteri utama ibu kota, Avenue Bourguiba. Jalan itu merupakan lokasi penting bagi revolusi Tunisia sepuluh tahun lalu yang menjatuhkan rezim diktator dan melahirkan pergolakan Arab Spring. [vm/pp]