Tautan-tautan Akses

Pasar Saham Amerika Kembali Loyo


Seorang perempuan mengenakan masker untuk mencegah penularan virus corona, berdiri di depan papan elektronik berisi informasi perdagangan bursa Nikkei 225, di Tokyo, Jepang, 24 April 2020. (Foto: AP)
Seorang perempuan mengenakan masker untuk mencegah penularan virus corona, berdiri di depan papan elektronik berisi informasi perdagangan bursa Nikkei 225, di Tokyo, Jepang, 24 April 2020. (Foto: AP)

Pasar-pasar saham Amerika kehilangan keuntungan dan pasar ditutup beragam pada Kamis sore (23/4) setelah eksperimen perawatan Covid-19 menunjukkan hasil yang mengecewakan dalam uji coba di China.

Uji coba itu menunjukkan bahwa remdesivir, obat antivirus yang dikembangkan oleh Gilead Sciences yang berkantor di California, gagal memulihkan kondisi pasien atau menghilangkan patogen dari aliran darah.

Dow Jones Industrial Average menguat sekitar 39 poin atau 0,17% dan ditutup pada 23.515.

Standard & Poor 500 melemah 1,5 point atau 0,05 persen dan ditutup pada 2.798.

Indeks Komposit Nasdaq melemah tipis 0,01 persen dan ditutup pada 8.495.

Sementara itu saham Gilead Sciences anjlok 4,3 persen.

Pasar-pasar saham Eropa meraih keuntungan moderat. Indeks FTSE-100 London ditutup 0,97 persen lebih baik dibanding hari sebelumnya. Demikian pula DAX Jerman yang menguat tipis 0,95% dan CAC 40 Paris yang juga menguat 0,89 persen.

Pasar-pasar Asia ditutup lebih baik lagi. Indeks Nikkei Tokyo, Hang Seng Hong Kong dan Kospi Seoul yang menguat. Sementara pasar saham di Shanghai dan Sydney ditutup flat.

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate diperdagangkan 23,80 persen lebih tinggi pada kisaran $17,06 per barel. Ini tren perbaikan yang ditunjukkan sejak Senin lalu (20/4), setelah amblas menjadi minus $37,63per barel, penurunan harga terburuk di bawah nol dalam sejarah.

Harga minyak mentah jenis Brent, yang menjadi tolok ukur perdagangan dunia, diperdagangan 7,3 persen lebih tinggi pada kisaran $21,86 per barel.

Klaim tunjangan pengangguran di Amerika, Kamis (23/4), mencapai rekor, yaitu 26,4 juta orang atau sekitar 15 persen dari angkatan kerja.

Ekonomi dunia mengalami perlambatan tajam akibat terus berlanjutnya pandemi virus corona. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan 170 negara, baik kaya dan miskin, akan mengalami perlambatan aktivitas perekonomian tahun ini, yang berarti gagal mencapai standar kehidupan rata-rata. Para ekonom mengingatkan bahwa negara-negara berkembang akan merasakan dampak terburuk.

Pemerintah Amerika sedang mempertimbangkan paket stimulus lain untuk membuat ekonomi tetap stabil. Kedua faksi di Kongres siap mengusulkan paket tambahan bernilai $250 miliar, tetapi belum menyetujui bagaimana sebaiknya memanfaatkan anggaran itu.

Sementara pemimpin-pemimpin negara Eropa, dalam sebuah KTT yang diselenggarakan lewat telekonferensi, sedang membahas paket bantuan bernilai miliaran dolar bagi negara-negara di dalam lingkungan blok itu. [em/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG