Tautan-tautan Akses

Partai Libertarian dan Partai Hijau Jadi Sorotan dalam Pilpres


Capres Partai Libertarian AS Gary Johnson berbicara kepada para pendukung dan delegasi di Konvensi Nasional Partai Libertarian di Orlando, Florida. (Foto: dok.)
Capres Partai Libertarian AS Gary Johnson berbicara kepada para pendukung dan delegasi di Konvensi Nasional Partai Libertarian di Orlando, Florida. (Foto: dok.)

Sementara para pemilih Amerika masih terus memiliki pandangan kurang baik terhadap calon-calon presiden dari partai Republik dan Demokrat, partai-partai di luar kedua partai yang mendominasi politik Amerika mendapat sorotan nasional yang jarang terhadap mereka.

Presiden terakhir yang bukan dari partai Demokrat atau Republik mengakhiri masa jabatannya pada tahun 1853. Dan meskipun banyak partai mengajukan kandidat mereka setiap pemilihan, sedikit sekali yang mendapat dukungan nyata. Sebagian dari partai-partai itu harus menghadapi rintangan sistemik yang membuat para kandidat tidak dapat menyampaikan pesan mereka ke sejumlah besar pemilih.

Tetapi Selasa (2/8) lalu, kandidat Partai Libertarian Gary Johnson dan calon wakil presidennya, Bill Weld, tampil dalam acara dialog langsung yang diselenggarakan CNN untuk ke-dua kalinya dalam masa kampanye tahun ini. Kandidat Partai Hijau Jill Stein dan pasangan calon presidennya Ajamu Baraka akan mendapat kesempatan serupa pada 17 Agustus mendatang.

Johnson dan Stein adalah kandidat partai ke-tiga yang paling sukses dalam pemilihan tahun 2012, tetapi suara yang mereka raih pada posisi ke-tiga dan ke-empat dalam pemilu itu berselisih sangat jauh dengan yang diperoleh kandidat Demokrat Barack Obama dan kandidat partai Republik Mitt Romney. Obama meraih 66 juta suara dan mengalahkan Romney yang meraih 61 juta suara, sementara Johnson mendapat 1,2 juta suara dan Stein sekitar 500 ribu suara.

Tidak alam setelah berakhirnya konvensi nasional partai Demokrat dan Republik pada tahun 2012, jajak pendapat menunjukkan 4 persen pemilih mendukung Johnson dan 2 persen mendukung Stein. Jajak pendapat pekan lalu menunjukkan masing-masing kandidat meraih dua kali lipat dari dukungan empat tahun silam.

Para kandidat perlu mencapai 15 persen dukungan agar diizinkan mengikuti debat calon presiden yang rencananya akan berlangsung tiga kali. Mereka juga perlu meyakinkan para pemilih bahwa memilih mereka bukan berarti membuang suara untuk kandidat yang tidak bakal menang dalam pemilu. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG