Tautan-tautan Akses

Para Pekerja Korea Utara Gemar Minum Bir


Seorang pramusaji Korea Utara menyajikan bir di restoran Mansugyo Soft Drink di Pyongyang. (Foto: Dok)
Seorang pramusaji Korea Utara menyajikan bir di restoran Mansugyo Soft Drink di Pyongyang. (Foto: Dok)

Meskipun minuman keras khas Korea, soju, barangkali lebih populer, rakyat Korea Utara sangat gemar bir, dan Pyongyang memiliki bir lokal khusus yang disebut Taedonggang.

Menyelenggarakan sebuah acara politik besar bisa sangat melelahkan di Korea Utara, di mana semua orang diharapkan terlibat.

Menjelang kongres Partai Pekerja, rakyat Korea Utara diperintahkan untuk lembur berjam-jam untuk mendongkrak produktivitas dan menunjukkan pengabdian mereka kepada pemimpin Kim Jong-un dalam "kampanye kesetiaan" 70 hari.

Lalu ada jam-jam tambahan untuk berlatih parade akbar yang akan memamerkan persatuan nasional di saat partai yang berkuasa itu menutup kongres pertama dalam puluhan tahun.

Apa yang dilakukan warga Korea Utara yang letih untuk bersantai?

Bir, bir dan lebih banyak lagi bir.

Meskipun soju, minuman seperti vodka yang biasanya dibuat dari beras yang disuling, barangkali lebih populer, rakyat Korea Utara sangat gemar bir, dan Pyongyang memiliki bir lokal khusus yang disebut Taedonggang, dari nama sungai yang mengaliri ibukota.

Tidak seperti soju, bir dianggap minuman ringan di Korea Utara dan seringkali diminum di bar-bar tanpa kursi, tempat para pelanggan minum beberapa gelas dan mungkin makan ikan kering atau kacang sebelum pergi ke tujuan mereka berikutnya.

Kim Yon Hui, seorang pramusaji berusia 29 tahun di sebuah bar bir di Scientists' Street, Pyongyang, ia mengatakan bahwa ia yakin menyajikan bir sama dengan melayani sang pemimpin.

"Banyak orang bisa bersantai di sini," ujarnya sambil menyajikan Taedonggang dari keran untuk para pengunjung yang memadati bir Sabtu malam.

"Saya senang melihat mereka senang dan ingin terus melayani mereka agar mereka bahagia, memenuhi keinginan pemimpin kami."

Bir di bar di daerah itu dijual per liter, seharga 500 won Korea Utara atau sekitar US$0,5 (Rp 7.500). Sebagai perbandingan, gaji tertinggi seorang pekerja adalah sekitar 600.000 won atau $75 per bulan di sebuah pabrik pembuat kabel.

Menurut wakil manajer pabrik tersebut, warga Pyongyang punya lebih banyak uang sejak kepemimpinan Korea Utara secara perlahan memberlakukan metode-metode baru untuk menumbuhkan ekonomi di tengah tekanan yang meningkat akibat sanksi-sanksi yang diberlakukan Dewan Keamanan PBB.

Perubahan-perubahan tersebut, para pejabat tidak suka menggunakan kata reformasi, telah memungkinkan para manajer di perusahaan-perusahaan invidual lebih banyak kebebasan untuk menetapkan gaji yang menurut mereka sesuai berdasarkan produksi dan kinerja setiap pegawai.

"Antusiasme para pekerja telah meningkat, demikian juga gaji mereka, dan manajemen juga menjadi lebih fleksibel, termasuk dalam hal penjualan produk, pembelian bahan baku, proses produksi," menurut wakil manajer pabrik, Kim Chol Ryong. "Sekarang semuanya harmonis." [hd/dw]

XS
SM
MD
LG