Tautan-tautan Akses

Papua Nugini Ultimatum Kelompok Pengungsi Terakhir di Kamp Tahanan Australia


Para pencari suaka melakukan aksi protes di Pulau Manus, Papua Nugini, 3 November 2017. (Foto: medsos/screengrab).
Para pencari suaka melakukan aksi protes di Pulau Manus, Papua Nugini, 3 November 2017. (Foto: medsos/screengrab).

Pihak berwenang di Papua Nugini telah memberi 600 lebih lelaki yang berlindung di bekas kamp tahanan pengungsi yang dikelola Australia waktu hingga, Sabtu (9/11) untuk meninggalkan kompleks itu secara sukarela atau dipindahkan secara paksa.

Penghuni kamp itu menerima ultimatum dalam pemberitahuan yang dipasang di fasilitas di Pulau Manus, Kamis (9/11). Para lelaki telah berlindung di dalam pusat tahanan itu sejak pekan lalu, sewaktu listrik, air dan pasokan makanan diputus dan fasilitas itu ditutup. Mereka yang bertahan di sana menyatakan takut diserang oleh warga setempat yang menunjukkan sikap bermusuhan jika mereka dibawa ke tempat-tempat perlindungan alternatif di komunitas sekitarnya.

Australia merencanakan penutupan kamp Manus setelah Mahkamah Agung Papua Nugini memutuskan tahun lalu bahwa kamp tersebut melakukan pelanggaran konstitusional terhadap kebebasan pribadi para tahanan. Para pengacara penghuni kamp tersebut mengajukan banding ke pengadilan tinggi untuk mengeluarkan putusan sementara untuk membuat kamp tersebut tetap buka, tetapi permohonan tersebut ditolak.

PBB menyebut situasi di kamp itu sebagai darurat kemanusiaan, dengan pasokan makanan yang semakin berkurang dan penghuni kamp terpaksa menggali tanah untuk mendapatkan air. [uh]

XS
SM
MD
LG