Tautan-tautan Akses

Pandemi Covid-19 Ancam Perdamaian dan Pembangunan


Seorang petugas keamanan mengenakan masker pelindung berjaga saat jam malam di tengah kekhawatiran penularan virus corona di Sanaa, Yaman, 6 Mei 2020.
Seorang petugas keamanan mengenakan masker pelindung berjaga saat jam malam di tengah kekhawatiran penularan virus corona di Sanaa, Yaman, 6 Mei 2020.

Komisaris tinggi PBB urusan HAM memperingatkan bahwa bencana Covid-19 mengancam perdamaian dan pembangunan di seluruh dunia. Michelle Bachelet menyerukan diambilnya tindakan untuk melindungi penduduk dunia yang paling rentan, ketika membuka sidang dewan HAM PBB ke-44.

Kepala dewan HAM PBB itu mengatakan pandemi Covid-19 telah sangat mengubah pelaksanaan HAM dan semakin memperdalam jurang kesenjangan di seluruh dunia.

Michelle Bachelet menyebut kelompok-kelompok minoritas etnis dan ras, serta penduduk asli di banyak tempat yang paling terimbas oleh penyakit mematikan itu. Ia mengatakan, ini jelas tampak pada orang-orang keturunan Afrika yang terus mengalami diskriminasi dan menghadapi kesulitan dalam banyak hal, termasuk dalam bidang pendidikan dan tenaga kerja.

Bachelet menyatakan kecemasan melihat banyaknya laporan tentang stigmatisasi, diskriminasi dan ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas serta migran di negara-negara seperti Sri Lanka, India, Bulgaria, Haiti, Irak dan Pakistan. Ia menyerukan diambilnya tindakan segera untuk mengakhiri aksi-aksi tidak adil dan penuh kekerasan yang dilakukan petugas keamanan dan diakhirinya diskriminasi ras yang sistemik yang terdapat di banyak negara.

“Diskriminasi bisa mengakibatkan kematian, seperti juga menghilangkan hak orang dalam bidang sosial dan ekonomi. Semua ini akan merugikan kepentingan masyarakat pada umumnya. Bencana Covid-19 seolah mengungkapkan dan menyulut berbagai kegagalan sistemik dalam pelaksanaan HAM," kata Bachelet.

"Tanpa tindakan cepat dan menentukan pada tingkat nasional dan internasional, pandemi ini akan memusnahkan harapan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkesinambungan menjelang 2030," imbuhnya.

Bachelet juga mengecam Russia, China dan Mesir karena menggunakan Covid-19 sebagai alasan untuk menumpas kegiatan wartawan, kebebasan menyampaikan pendapat dan kebebasan berkumpul. Ia memperingatkan, pandemi ini terus memperkuat ancaman lokal dan regional bagi perdamaian.

Anggota Pertahanan Sipil Suriah menyemprotkan cairan disinfektan di tenda di kamp Bab Al-Nour untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di Azaz, Suriah, 26 Maret 2020. (Foto: Reuters)
Anggota Pertahanan Sipil Suriah menyemprotkan cairan disinfektan di tenda di kamp Bab Al-Nour untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di Azaz, Suriah, 26 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Kata Bachelet situasi HAM dan kemanusiaan di Yaman dan Suriah yang dikoyak perang terus memburuk, karena penyakit virus corona yang mengganggu pernapasan terus merebak. Ia prihatin dengan keadaan HAM di kawasan Sahel yang diperkirakan akan memburuh karena Covid-19 menambah penderitaan dan kemiskinan.

“Kelompok-kelompok ekstremis bersenjata terus memperkuat pengaruh mereka dalam komunitas lokal di Mali tengah dan utara, di utara Burkina Faso dan di bagian-bagian lembah Danau Chad. Di Sudan Selatan, Covid-19 bisa terus menambah kerentanan penduduknya," ujarnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan lebih dari 10 juta orang terkena penyakit itu di seluruh dunia, dan lebih dari setengah juta orang meninggal. WHO mengatakan, keadaannya akan terus memburuk, dan satu-satunya cara untuk mengalahkan pandemi ini adalah semua negara harus bekerja sama untuk melawannya.

Bachelet memperingatkan, absennya kerja sama internasional serta adanya usaha memprioritaskan keuntungan pribadi atau keuntungan politik hanya akan menjamin meluasnya bencana pandemi ini dan menghalangi pemulihan ekonomi. [ii/lt]

XS
SM
MD
LG