Tautan-tautan Akses

Pandemi Berkepanjangan Ubah Tradisi Perayaan Natal Keluarga


Adriana Sembiring merayakan Natal di rumah. (Foto: Adriana Sembiring/koleksi pribadi)
Adriana Sembiring merayakan Natal di rumah. (Foto: Adriana Sembiring/koleksi pribadi)

Memasuki musim libur Natal dan Tahun Baru, banyak orang merencanakan acara bersama keluarga dan kerabat dekat mereka. Namun di tengah pandemi yang berkepanjangan, semua itu berubah. Sejumlah keluarga diaspora Indonesia berbagi kisah bagaimana mereka beradaptasi dengan kenormalan baru.

Walau banyak orang yang merasa bahwa musim liburan akhir tahun merupakan kesempatan berkumpul bersama keluarga, banyak juga yang merasa musim liburan kali ini harus diperlakukan secara berbeda.

Pandemi membuat banyak orang berpikir panjang untuk berkumpul dengan keluarga mereka, meski yang terdekat sekalipun. Karena risiko tertular virus corona, tinggi.

Ada banyak keluarga yang memutuskan untuk melepas kesempatan berkumpul pada musim liburan. Ada juga yang memutuskan untuk mengubahnya dengan menerapkan sejumlah langkah pencegahan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) menyebut sejumlah faktor yang patut dipertimbangkansebelum mengadakan sebuah pertemuan. Selain lokasi, durasi, dan jumlah orang yang hadir, perlu juga mempertimbangkan kemungkinan terpapar dalam perjalanan menuju lokasi pertemuan dan angka kasus Covid-19 di tempat asal para tamu.

Adriana Sembiring berlibur bersama keluarga. (Foto: Adriana Sembiring/koleksi pribadi)
Adriana Sembiring berlibur bersama keluarga. (Foto: Adriana Sembiring/koleksi pribadi)

Perilaku para anggota keluarga pun, seperti kebiasaan mempraktikan protokol kesehatan menjadi hal yang menentukan.

Adriana Sembiring adalah seorang diaspora Indonesia yang sudah 26 tahun menetap di Amerika. Ia bersama keluarganya biasa melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tradisi keluarga menjelang Natal. Mulai dari membantu para tuna wisma, menyanyikan lagi-lagu Natal dari rumah ke rumah, dan menghibur para penghuni panti lansia, Namun yang paling dinikmatinya adalah acara berkumpul dengan keluarga besar dan teman sesama warga Indonesia di Amerika.

Rame deh kumpul-kumpul, dan rumah saya kebetulan sering ketiban jadi tempat ngumpul yah. Karena di sini kebetulan suami hobi musik, jadi kami punya studio dengan lengkap peralatan musik,” kata Adriana.

Pandemi Berkepanjangan Ubah Tradisi Perayaan Natal Keluarga
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:05:16 0:00

Dia menuturkan biasanya, teman-teman yang berkunjung ke rumahnya juga kerap membawa hidangan masing-masing untuk dinikmati bersama.

“Dan selalu di atas 25 orang, yang kalau sekarang itu sudah nggak mungkin ya dilakukan,” imbuhnya.

Demikian pula dengan Bona Silalahi, yang pindah ke Amerika pada 2010. Hampir setiap ada kesempatan, Boni bersama istrinya selalu membuka pintu rumah mereka untuk berbagai acara komunitas Indonesia. Bahkan menjelang Hari Natal, kediaman mereka di negara bagian Maryland sering menjadi lokasi untuk konser musik kecil, acara keagamaan, atau pagelaran seni.

Bona Silalahi dan keluarga. (Foto: Bona Silalahi/pribadi)
Bona Silalahi dan keluarga. (Foto: Bona Silalahi/pribadi)

Menurut Bona, pandemi Covid-19 telah mengubah semua itu.Pandemi membawa tantangan besar bagi komunitas Indonesia yang ingin menggelar acara pertemuan.

“Dulu kita mengenal istilah The More The Merrier ya kan? Mungkin sekarang tidak berlaku lagi dalam konteks in person. Apalagi kalau kita ingat phrase (ungkapan.red) kita yang khas ya di Indonesia itu, seperti ‘makan tidak makan yang penting ngumpul’,” ujar Bona.

“Nah, ngumpul ini menjadi sesuatu yang menjadi tanda tanya besar menurut saya. Mungkin sekarang ngumpulnya virtual, bukan in person,” ujarnya.

Dengan banyaknya perkumpulan yang digelar secara virtual sepanjang pandemi ini, ada yang merasa kerinduan mereka terobati. Namun, ada pula yang mulai merasa jenuh

“Memang betul, saya pribadi melihat kita bisa tergantikan dengan pertemuan itu lewat Zoom, tetapi itu sebetulnya, menurut saya ya, lama-lama bosan lho. Oke, ketemu muka, tapi dengan tidak memegang, tidak hugging (memeluk. red). Itu sudah beda ceritanya,” tuturnya.

Rachmad Poetranto dan keluarga. (Foto: Rachmad Poetranto/koleksi pribadi)
Rachmad Poetranto dan keluarga. (Foto: Rachmad Poetranto/koleksi pribadi)

Hal serupa dialami Rachmad Poetranto, diaspora Indonesia yang sudah hampir 30 tahun tinggal di Amerika. Namun walau bosan dengan pertemuan virtual, ia tetap menjalaninya. Menurutnya, lewat acara daring, Rachmad justru mendapat banyak kenalan dari seluruh dunia.

Untuk mengatasi kejenuhan, Ia bersama komunitas gerejanya sering mengakali pertemuan virtual mereka dengan berbagai cara agar terkesan lebih bervariasi

“Kalau teman-teman di gereja ada kombinasi. Zoom, OK, tapi di tempat lain ada Zoom-nya, misalnya ibadah itu, ada beberapa kelompok teman-teman yang ngumpul di situ. Ya itu yang dapat dilakukan maksimumnya,” ujar Rachmad.

Ubah Rencana

Karena pandemi, banyak rencana bersama keluarga terpaksa berubah.

Tahun ini, Adriana Sembiring hanya merayakan Natal dengan keluarga inti.

“Terpaksa kami ganti, gitu. Yang biasanya kami kumpul dengan keluarga besar dalam arti para perantau di Washington, DC. sini, sekarang kami hanya dengan keluarga inti saja,” ujar Adriana.

Bona Silalahi berlibur bersama keluarga. (Foto: Bona Silalahi/arsip pribadi)
Bona Silalahi berlibur bersama keluarga. (Foto: Bona Silalahi/arsip pribadi)

Tahun ini juga Adriana terpaksa gagal pulang kampung ke Jakarta dan Medan untuk merayakan Natal bersama keluarga. Dia memilih untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau roadtrip ke sejumpah tempat di Amerika. Hal itu guna menghindari kemungkinan terpapar virus corona saat melakukan penerbangan jauh dan daerah ramai yang belum jelas bentuk protokol kesehatannya.

Bona Silalahi juga melakukan hal yang sama. Acara berkumpul dengan orang-orang di luar keluarga sudah tidak dilakukannya.

“Hanya terbatas keluarga saja yah kalau di rumah. Lalu kegiatan outdoor atau olahraga sekarang menjadi fokus kami, juga untuk menjaga kesehatan tubuh, itu yang menjadi prioritas,” tutur Boni.

Nampaknya nilai positif yang bisa diambil dari keterbatasan ini adalah kedekatan bersama keluarga inti.

“Jadi ya banyak yang berubah, tapi kalau saya, sih, yang penting tetap bisa menikmati dengan anak-anak," ujar Adriana. [aa/em/ab]

XS
SM
MD
LG