Tautan-tautan Akses

Palestina Protes Keputusan Permukiman AS dalam “Hari Kemarahan”


Para demonstran Palestina berupanya menghindari gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel di pos pemeriksaan Beit El dekat kota Ramallah Tepi Barat, 26 November 2019.
Para demonstran Palestina berupanya menghindari gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel di pos pemeriksaan Beit El dekat kota Ramallah Tepi Barat, 26 November 2019.

Ribuan warga Palestina berdemonstrasi di Tepi Barat, Selasa (26/11) untuk memprotes pengumuman AS baru-baru ini bahwa negara itu tidak lagi menganggap permukiman Israel di Tepi Barat melanggar hukum internasional. Sementara “hari kemarahan” berlanjut, kelompok-kelompok demonstran bentrok dengan pasukan keamanan Israel di beberapa tempat yang rawan kerusuhan.

Sekitar dua ribu orang berkumpul di kota Ramallah, Tepi Barat, pada tengah hari. Mereka membakar poster-poster bergambar Presiden AS Donald Trump serta bendera Israel dan Amerika. Sekolah, universitas dan kantor-kantor pemerintah ditutup dan unjuk rasa dilakukan di pusat-pusat kota di sekitar wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.

“Kebijakan Amerika yang bias terhadap Israel, dan dukungan Amerika terhadap permukiman Israel serta pendudukan Israel, membuat kami hanya memiliki satu opsi: Kembali ke perlawanan,” kata Mahmoud Aloul, petinggi di gerakan Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas, kepada massa di Ramallah.

Para demonstran membawa poster-poster yang bertulisan “Trump ke pemakzulan, PM Israel Benjamin Netanyahu ke penjara, pendudukan akan pergi dan kami akan tetap berada di tanah kami.”

Di pos-pos pemeriksaan Israel di dekat Ramallah, Betlehem dan Hebron, puluhan demonstran melemparkan batu ke arah pasukan Israel yang membalas mereka dengan melontarkan gas air mata. Belum ada laporan mengenai korban cedera.

Protes-protes itu berlangsung hanya beberapa jam setelah kematian warga Palestina di dalam tahanan Israel akibat sakit kanker yang dideritanya. Para penyelenggara telah menyerukan para demonstran, sebelum kematiannya, untuk menyerukan pembebasan Sami Abu Diak (35 tahun), agar ia dapat meninggal dunia di sisi keluarganya. Para pejabat Israel menolak permintaan itu. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG