Tautan-tautan Akses

Pabrik Garmen Bangladesh Kembali Beroperasi


Para buruh mulai bekerja kembali di pabrik garmen di Asulia, Bangladesh, saat merebaknya pandemi corona, 26 April 2020.
Para buruh mulai bekerja kembali di pabrik garmen di Asulia, Bangladesh, saat merebaknya pandemi corona, 26 April 2020.

Lebih dari 500 pabrik garmen di Bangladesh yang memproduksi merek-merek ternama di dunia mulai kembali beroperasi, Senin (27/4), setelah sebulan tutup untuk mencegah penyebaran virus corona. Sementara itu seruan untuk melonggarkan kebijakan lockdown semakin keras terdengar di India menyusul tekanan ekonomi yang kian menyulitkan kehidupan warganya.

Pabrik-pabrik garmen di ibu kota Bangladesh, Dhaka, dan kota pelabuhan Chittagong mendapat izin untuk kembali beroperasi. “Kami berusaha memastikan semua pekerja mengenakan masker, mencuci tangan sebelum masuk tempat kerja, menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan menjaga jarak,” kata Mohammad Hatem, wakil ketua Asosiasi Perpabrikan dan Eksportir Pakaian Bangladesh.

Para buruh di pabrik garmen di Asulia, Bangladesh, mulai bekerja kembali di tengah pandemi corona, 26 April 2020. .
Para buruh di pabrik garmen di Asulia, Bangladesh, mulai bekerja kembali di tengah pandemi corona, 26 April 2020. .

Izin operasi dikeluarkan setelah asosiasi tersebut memperingatkan bahwa penutupan pabrik-pabrik garmen di Bangladesh bisa menyebabkan negara kehilangan pemasukan ekspor senilai 6 miliar dolar pada tahun fiskal ini. Asosiasi itu mengatakan, ada sekitar 4.000 pabrik di Bangladesh dan mempekerjakan lebih dari 4,1 juta pekerja. Pabrik-pabrik itu merupakan unit-unit produksi sejumlah perusahaan pakaian terbesar di dunia seperti Gap Inc, Inditex (milik Zara) dan H&M.

Para pesaing Bangladesh di sektor garmen seperti Vietnam, Tiongkok dan Kamboja, telah terlebih dahulu melanjutkan operasi mereka, kata Hatem. Bangladesh sejauh ini memiliki lebih dari 5.000 kasus virus corona, dan 145 kematian.

Di India, di mana kebijakan pembatasan sosial ketat bagi 1,3 miliar penduduknya dijadwalkan berakhir tanggal 3 Mei, PM Narendra Modi telah memulai pembicaraan dengan pejabat tinggi 28 negara bagian untuk memutuskan pembatasan apa saja yang akan tetap dipertahankan.

Ashok Gehlot, kepala pemerintahan negara bagian Rajasthan, mengatakan, perpanjangan kebijakan lockdown yang ketat bisa membuat banyak warga India kelaparan, dan pemerintah seharusnya membiarkan aktivitas ekonomi kembali berlangsung di kawasan-kawasan yang tergolong aman. Sekitar 300 dari 730 distrik di India melaporkan tidak adanya kasus baru virus corona, “Saya tidak bisa mengatakan berapa banyak orang yang akan meninggal karena corona. Tapi jika situasi ini berlanjut orang-orang akan mati karena kelaparan,” katanya.

Hingga Senin (27/4), data pemerintah menunjukkan, India memiliki 27.891 kasus yang dikukuhkan, dan 872 kematian. Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan mengatakan, “Situasi di India membaik. Beberapa distrik hotspot kini berubah menjadi distrik bukan hotspot,“ katanya. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG