Tautan-tautan Akses

NATO Khawatir Kegagalan Invasi Rusia Membuat Putin Menjadi Lebih Berbahaya


Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin sebuah rapat kabinet virtual di Moskow, pada 10 Maret 2022. (Foto: Kremlin Pool Photo via AP/Mikhail Klimentyev, Sputnik, File)
Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin sebuah rapat kabinet virtual di Moskow, pada 10 Maret 2022. (Foto: Kremlin Pool Photo via AP/Mikhail Klimentyev, Sputnik, File)

Pejabat-pejabat senior dari negara-negara Barat semakin khawatir bahwa kekalahan Rusia di Ukraina membuat Presiden Vladimir Putin menjadi lebih berbahaya. Sebagian pejabat bahkan membandingkannya dengan hewan yang dikurung yang siap menyerang.

Peringatan yang disampaikan oleh Amerika Serikat dan Belgia itu datang ketika informasi intelijen baru menunjukkan bahwa sebanyak 20 persen dari jumlah tentara Rusia yang dikirim ke Ukraina telah tewas, terluka atau ditangkap karena Ukraina menunjukkan perlawanan yang sengit terhadap Rusia.

Dalam sesi rehat dengan sebagian pejabat pertahanan Amerika, yang menolak berbicara tentang korban Rusia di Ukraina karena "kurang percaya" pada jumlah perkiraan yang ada, pejabat-pejabat NATO mengatakan korban di medan perang telah tinggi.

NATO, pada Rabu (23/3), memperkirakan bahwa sekitar 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia telah tewas dalam pertempuran. Angka itu didasarkan pada informasi intelijen dari Ukraina dan pengamatannya sendiri, termasuk informasi yang secara tidak sengaja dirilis oleh Moskow.

Jika jumlah tentara yang terluka, ditangkap dan hilang dihitung, jumlah tentara Rusia yang keluar dari medan perang kemungkinan berksiar antara 30.000 hingga 40.000, kata aliansi itu. Tetapi para pejabat Barat memperingatkan bahwa alih-alih mundur, Putin memutuskan untuk menanggapi kegagalan itu dengan kebrutalan yang lebih besar dan taktik yang mengingatkan pada era sebelumnya.

Pejabat itu lebih lanjut memperingatkan bahwa kegagalan Rusia untuk dengan cepat menaklukkan Ukraina menambah kebencian Putin yang mendalam akan nilai-nilai Barat, meningkatkan kemungkinan ia akan memilih untuk memperluas konflik di luar Ukraina. Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Putin mungkin beralih ke senjata pemusnah massal, apakah itu nuklir, kimia, atau biologi.

"Rusia harus menghentikan derak senjata nuklirnya. Ini berbahaya dan tidak bertanggung jawab," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan di Brussels, pada Rabu (23/3), menjelang pertemuan luar biasa para kepala negara aliansi.

Putin menempatkan pasukan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi hanya tiga hari setelah tank-tank Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari. Beberapa pejabat Rusia telah melontarkan gagasan untuk menggunakan senjata nuklir taktis jika perlu. [ka/lt]

XS
SM
MD
LG