Tautan-tautan Akses

Muslim di New York Ketakutan, Cari Jawaban


Seorang anggota masjid Al-Furqan Jame di Ozone Park, Queens, New York memegang gambar sketsa tersangka penembak Imam Maulama Akonjee dan Thara Uddin yang disebarkan oleh pihak kepolisisan setempat (14/8). (AP/Craig Ruttle)
Seorang anggota masjid Al-Furqan Jame di Ozone Park, Queens, New York memegang gambar sketsa tersangka penembak Imam Maulama Akonjee dan Thara Uddin yang disebarkan oleh pihak kepolisisan setempat (14/8). (AP/Craig Ruttle)

Komunitas Muslim khawatir pembunuh imam di New York dimotivasi kebencian agama, dan mereka takut insiden itu akan terjadi lagi.

Udara panas bulan Agustus yang menyesakkan nafas menyelimuti Ozone Park, daerah komunitas beragam agama dan budaya di Queens, distrik kota New York hanya 16 kilometer ke sebelah tenggara dari Manhattan.

Setiap beberapa menit, kereta A bergemuruh melewati jembatan di atas Liberty Avenue, menghentikan pembicaraan sejumlah orang. Lalu keadaan pun sebagian besar hening.

Hanya dua hari sebelumnya, di trotoar di bawah jalur kereta api bawah tanah di jalan LIberty dan 79th, seseorang menembak dua laki-laki Muslim -- Imam Maulama Akonjee, 55, dan asistennya Thara Uddin, 64 — menewaskan kedua imigran Bangladesh itu sebelum lari meninggalkan lokasi.

"Tetangga, teman, semua orang terkejut," jelas Main Uddin, sekretaris Masjid Jami al-Furqan tempat Akonjee memimpin shalat setiap hari -- dan berjarak tiga blok dari tempat ia dibunuh.

"Semua orang menyukainya, ia tidak punya musuh," ujar Uddin. "Ia shalat lima waktu di sini dan kemudian pulang ke rumah."

Seorang pria shalat di Masjid Jami al-Furqan, Ozone Park, New York.
Seorang pria shalat di Masjid Jami al-Furqan, Ozone Park, New York.

Dua hari setelah penembakan, Uddin terus terbayang momen itu di kepalanya. Ia baru saja shalat dengan Akonjee pada pukul 13.30. Mereka selesai shalat pukul 13.45, dan seperti hari lainnya, berpisah saat pulang.

"Ketika saya tiba di rumah, ada yang menelpon, 'Imam ditembak. Seseorang menembak Imam'."

Fahim Opu, salah satu tetangga dan jemaah Akonjee yang rutin datang ke masjid, mengatakan rasa sedih tidak cukup untuk menggambarkan perasaannya pada sang Imam, guru yang menurutnya "sangat halus."

"Sedih, takut, semuanya. Saya takut sekarang ini," ujar Opu. "Di siang hari, anda tidak aman di lingkungan sendiri."

Ozone Park, menurut Opu biasanya damai, meskipun terkadang ada perampokan di malam hari.

Namun yang membuat "semua orang merasa gila" adalah pembunuhan di siang bolong, ujar Norman, seorang warga asal Yaman dan pegawai swalayan tersebut.

"Setiap saat kita merasa khawatir," katanya.

Menunggu Jawaban

Pihak berwenang hari Senin (15/8) mendakwa Oscar Morel, 35, asal New York dengan pembunuhan tingkat dua dan kepemilikan ilegal senjata. Polisi mengindikasikan bahwa penembakan itu mungkin akibat sebuah sengketa tapi mereka tidak mengabaikan kemungkinan adanya kejahatan berdasarkan kebencian.

Tetap saja warga Muslim khawatir pembunuh tersebut dimotivasi kebencian agama, dan mereka takut insiden itu akan terjadi lagi.

Poster buronan pembunuh imam di luar Masjid Jami al-Furqan, Ozone Park, New York.
Poster buronan pembunuh imam di luar Masjid Jami al-Furqan, Ozone Park, New York.

"Bukannya kita terbiasa dengan kejahatan kebencian, namun ada orang yang melakukan sesuatu di tempat ibadah kita, apakah itu melempar kotoran atau terkadang menembakkan peluru...telah menjadi hal yang jauh lebih sering terjadi," ujar Asad Ba-Yunus, perwakilan dari Dewan Kepemimpinan Islam di New York.

Ba-Yunus mengatakan penembakan itu memberikan dampak yang menakutkan bagi Muslim di mana saja.

Respon Komunitas

Di saat warga Muslim di kota itu berduka atas kematian Akonjee dan Uddin, organisasi-organisasi seperti Dewan Kepemimpinan Islam mendesak warga Muslim untuk lebih waspada di sekitar masjid dan sekelilingnya.

Walikota New York Bill de Blasio, yang berpidato dalam upacara pemakaman hari Senin, menyerukan keadilan atas pembunuhan Akonjee and Uddin.

Di media sosial, orang-orang secara sukarela membuat halaman GoFundMe untuk menggalang dana bantuan untuk keluarga korban. Jumlahnya hampir mencapai US#30.000 dalam satu hari. Selain itu, warga non-Muslim di seluruh negeri bergabung dalam aksi solidaritas menggunakan tagar Twitter #IllWalkWithYou, berjanji untuk berjalan di samping Muslim dari dan ke masjid dan membantu menjamin keselamatan mereka.

Sementara itu, di al-Furqan, jemaah berharap dapat mencari pengganti seorang imam yang mereka gambarkan penuh damai dan guru yang baik.

"Ia mengatakan 'Berdoa saja, kita Muslim. Kita harus menunjukkan pada orang-orang siapa kita.' Jadi kita harus mempraktikkan agama kita secara damai. Itu saja," ujar Main Uddin.​ [hd]

XS
SM
MD
LG