Tautan-tautan Akses

Muktamar IMSA 2021, Tetap Diminati Meski Ditantang Pandemi


Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Rosan Perkasa Roeslani membuka Muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) – Malaysian Islamic Student Group (MISG) di Los Angeles, pada 26 Desember 2021. (Foto: Courtesy of KBRI DC)
Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Rosan Perkasa Roeslani membuka Muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) – Malaysian Islamic Student Group (MISG) di Los Angeles, pada 26 Desember 2021. (Foto: Courtesy of KBRI DC)

Setelah berlangsung secara virtual pada tahun lalu, acara tahunan muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) – Malaysia Islamic Study Group (MISG) tahun ini digelar secara tatap muka. Masih dalam pandemi, bahkan ketika kasus meningkat lagi di AS, apa saja tantangan yang dihadapi muktamar yang diikuti lebih dari 1.300 peserta itu? Bagaimana antusiasme peserta dan kesiapan panitia? Utami Hussin dan Karlina Amkas menyampaikan selengkapnya.

Berlangsung di tengah pandemi COVID-19 dan meningkatnya kasus virus corona varian omicron belakangan ini, muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) di Los Angeles, California, terlaksana dengan dihadiri oleh lebih dari 1.300 peserta. Sedangkan muktamar IMSA tahun lalu berlangsung secara virtual dan diikuti oleh sekitar 3.000 peserta dari berbagai penjuru dunia.

Menurut Amir (Ketua Panitia) muktamar, Vembriawan Prihardono, penyelenggaraan perhelatan tahunan tersebut diawali dengan persiapan yang tidak normal. Sebelum pandemi, pada kuartal pertama biasanya sudah tercapai kesepakatan dengan hotel yang menjadi lokasi penyelenggaraan disusul dengan pembentukan panitia. Tahun 2021, kata Vembri, “Saya ingat bulan Agustus itu kita baru tanda tangan kontrak dengan hotel untuk physically menggelar muktamar. Jadi ini bisa saya katakan tidak normal. Pembentukan tim panitia juga September.”

Amir Muktamar IMSA 2021 Vembriawan Prihardono menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh tim panitia dan sukarelawan yang telah bekerja keras demi kesuksesan Muktamar 2021. (Foto: dok/Vembriawan Prihardono)
Amir Muktamar IMSA 2021 Vembriawan Prihardono menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh tim panitia dan sukarelawan yang telah bekerja keras demi kesuksesan Muktamar 2021. (Foto: dok/Vembriawan Prihardono)

Tantangan pertama kemudian muncul sehubungan dengan antusiasme calon peserta. Ketika panitia membuka pendaftaran dini, di mana peserta membayar biaya muktamar dengan harga diskon, target jumlah peserta 1.200 orang, segera terpenuhi. Meskipun yang kemudian membatalkan keikutsertaan mereka dalam muktamar terhitung lebih banyak daripada muktamar prapandemi, Vembri menyatakan bahwa mereka yang kemudian masuk daftar tunggu diterima sebagai peserta hampir-hampir tidak berubah. Peserta bukan hanya berasal dari AS, tetapi juga ada dari Kanada bahkan Indonesia.

“Kendala yang kedua, yang paling besar adalah karena sekarang masih dalam kondisi COVID, kita harus menyiapkan strategi bagaimana kita memastikan kita comply, karena ada requirement dari Los Angeles (LA) County dan hotel sendiri yang dituangkan dalam surat perjanjian yang harus kita tanda tangani. Ketika itu, mereka yang berusia 18 tahun ke atas harus sudah divaksinasi lengkap,” jelas Vembri.

Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Rosan Perkasa Roeslani membuka Muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) – Malaysian Islamic Student Group (MISG) di Los Angeles, pada 26 Desember 2021. (Foto: Courtesy of KBRI DC)
Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Rosan Perkasa Roeslani membuka Muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) – Malaysian Islamic Student Group (MISG) di Los Angeles, pada 26 Desember 2021. (Foto: Courtesy of KBRI DC)

Presiden IMSA, Aria P Novianto sebelumnya mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan besarnya antusiasme menghadiri muktamar di Los Angeles. Selain karena Los Angeles belum pernah menjadi tempat bermuktamar sebelumnya, warga keturunan Indonesia juga cukup banyak yang bermukim di daerah tersebut. Alasan lainnya, kata Aria, orang mungkin sudah terlalu jenuh dengan kegiatan pertemuan online selama hampir 2 tahun belakangan.

Di pihak peserta, muncul tantangan berupa penundaan dan pembatalan penerbangan, suatu hal yang semakin sering terjadi di AS karena pandemi. Situs pelacak penerbangan FlightAware mencatat ratusan penerbangan domestik dan internasional dibatalkan pada sekitar tanggal 25 Desember, sehari sebelum muktamar resmi dibuka. Beberapa maskapai menyatakan penyebaran varian Omicron telah menimbulkan masalah kepegawaian yang membuat mereka terpaksa membatalkan penerbangan.

Salah satu peserta muktamar yang mengalami pembatalan penerbangan ini adalah Yudith Rosmawarni. Warga Virginia ini dengan cemas mengikuti perkembangan tentang pembatalan penerbangan itu di grup Whatsapp peserta muktamar dari daerah Washington DC, Maryland dan Virginia yang beranggotakan puluhan orang. Ia khawatir karena penerbangannya dijadwalkan tanggal 25 Desember sore.

Ternyata pada dini hari itu, ia menerima pemberitahuan pembatalan penerbangan. Berbagai upayanya untuk tetap dapat terbang pada hari itu akhirnya berhasil.

Tetapi mengapa Yudith yang telah empat kali mengikuti muktamar, tetap ingin menghadiri acara di tengah pandemi ini?.

Yudith Rosmawarni (kerudung abu-abu) dan para peserta IMSA. (Foto: pribadi)
Yudith Rosmawarni (kerudung abu-abu) dan para peserta IMSA. (Foto: pribadi)

“Sebetulnya deg-degan juga. Tapi waktu itu saya pikir, ah sudah lama juga tidak bertemu teman-teman yang dulu sering bertemu di muktamar sebelum pandemi, jadi ingin bertemu juga,” jelas Yudith.

Keinginan bertemu dengan sesama Muslim dari berbagai penjuru Amerika ternyata juga menjadi salah satu alasan Karlena dan Munasri mengikuti muktamar tersebut. Kedua peserta asal Virginia yang baru pertama kali mengikuti muktamar ini menyatakan alasan utama mereka mengikuti muktamar adalah untuk mendengarkan secara langsung ceramah dari para ustaz dan ustazah.

“Senang bisa ikut muktamar, bertemu ustaz dan ustazah yang belum pernah bertemu, biasanya hanya bisa mengikuti ceramah mereka dari YouTube,” kata Munasri.

Ustaz Syaroni Mardani dan ustazah Oki Setiana Dewi adalah dua pembicara dari Indonesia yang mengisi beberapa sesi dalam muktamar. Oki mengisi tujuh sesi ceramah dan mengatakan dapat melihat antusiasme peserta yang luar biasa dalam menuntut ilmu selain demi ukhuwah Islamiyah.

“Materi ceramah sebenarnya sudah dibawakan juga di Indonesia, sudah seringlah tema-tema yang dibawakan di Indonesia. Secara materi ceramah tidak ada persiapan khusus. Hanya saja memang sampai di lapangan melihat kondisinya ibu-ibu, saya lihat semuanya semangat. Saya pikir kajiannya ibu-ibu saja. Bapak-bapak juga semangat mendengarkan tuh. Masya Allah jadi bapak-bapak ini juga mendengarkan ceramah-ceramah, ceramah yang dibawakan oleh perempuan.”

Muktamar IMSA 2021, Tetap Diminati Meski Ditantang Pandemi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:05:19 0:00

Antusiasme dan persaudaraan yang dirasakannya selama muktamar membuat ia menyarankan agar Muslim Indonesia di Amerika bergabung bersama dengan komunitas IMSA.

Sementara itu, Yudith menyatakan ia percaya diri mengikuti muktamar karena ia yakin panitia serius dalam menjalankan protokol kesehatan selama acara berlangsung.

“Sebelum kita berangkat, kita harus mengisi form untuk masuk ke LA. Di situ ditanya apakah sudah divaksinasi. Ini form dari LA County. Ke panitia, kita juga harus menunjukkan bukti vaksinasinya,” jelasnya.

(ki-ka) Presiden MISG (Malaysian Islamic Study Group), Amir Muktamar IMSA 2021 Vembriawan Prihardono, Presiden IMSA, Chairman IMSA . (Foto: dok/Vembriawan Prihardono)
(ki-ka) Presiden MISG (Malaysian Islamic Study Group), Amir Muktamar IMSA 2021 Vembriawan Prihardono, Presiden IMSA, Chairman IMSA . (Foto: dok/Vembriawan Prihardono)

Vembri mengakui ada beberapa peserta yang ternyata dites positif terjangkit virus corona meskipun protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Ini menimbulkan kerumitan baru, mulai dari upaya mengisolasi peserta, melakukan pelacakan kontak dan berbagai penyesuaian lainnya.

Meskipun mengalami berbagai kerepotan dalam mengikuti muktamar semasa pandemi, Yudith, Karlena dan Munasri masih berkeinginan mengikuti muktamar lainnya. Mereka berharap situasi akan semakin baik nantinya.

Namun, kata Yudith, kalau risiko pandemi masih tinggi, ia mengusulkan agar muktamar bisa kembali diadakan secara virtual. Atau bila diadakan secara tatap muka langsung, jumlah peserta dapat sangat dibatasi tidak sebanyak pada muktamar 2021, meskipun ia juga memahami pertimbangan panitia mengenai banyaknya jumlah peserta untuk membuat biaya terjangkau.

Sementara itu meski telah berjalan lancar, Vembri mengaku bahwa beban untuk menyelenggarakan muktamar 2021 dalam waktu singkat sangat berat. Berkaca pada pengalaman tersebut, ia berharap muktamar mendatang diselenggarakan dengan persiapan yang sebaik-baiknya jauh-jauh hari seperti pada masa prapandemi.

Muktamar IMSA 2021 mengusung tema Unity Through Community: Stronger Together. Pertemuan tahunan ini diselenggarakan oleh IMSA dan Malaysian Islamic Study Group (MISG), dan ini merupakan muktamar ke-23 IMSA-MISG. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG