Tautan-tautan Akses

Menyimak Lebih Jauh Lagu Rakyat Tradisional Amerika


Sejak dekade 1940-an Pete Seeger (tengah) telah mempopulerkan lagu-lagu rakyat dalam dekade 1940-an, termasuk lagu yang tidak dikarangnya sendiri, “We Shall Overcome” yang berasal dari kalangan orang-orang kulit hitam. Ia juga menulis beberapa lagu terkenal bertemakan HAM dan protes anti-Perang Vietnam pada dekade 1960-an (foto: Dok).
Sejak dekade 1940-an Pete Seeger (tengah) telah mempopulerkan lagu-lagu rakyat dalam dekade 1940-an, termasuk lagu yang tidak dikarangnya sendiri, “We Shall Overcome” yang berasal dari kalangan orang-orang kulit hitam. Ia juga menulis beberapa lagu terkenal bertemakan HAM dan protes anti-Perang Vietnam pada dekade 1960-an (foto: Dok).

Banyak lagu rakyat Amerika punya makna sejarah dan bertema protes.

“Good Night Irene” adalah contoh lagu rakyat tradisional; lagu lama yang tidak seorang pun tahu siapa pengarangnya. Huddie Ledbetter, penyanyi dan gitaris yang terkenal dengan nama panggung Ledbelly, merekamnya pertama kali tahun 1932. Sejak itu lebih dari 100 versi telah direkam. “Good Night Irene” menjadi sukses besar bagi kelompok the Weavers tahun 1950.

Bob Carlin, peneliti lagu-lagu rakyat Amerika, mengamati makna bersejarah lagu-lagu bertema protes. Lagu-lagu itu menyumbang pada gerakan budaya dan sosial, ujarnya.

Salah seorang anggota kelompok the Weavers, Pete Seeger, ikut mempopulerkan lagu-lagu rakyat dalam dekade 1940-an. Ia kemudian menulis beberapa lagu terkenal bertemakan HAM dan protes anti-Perang Vietnam pada dekade 1960-an.

Seeger bisa disebut “Raja Lagu-lagu Protes,” menurut Tony Trischka, musisi lagu-lagu rakyat. Namun pengaruh terbesarnya justru muncul ketika ia mempopulerkan lagu yang tidak dikarangnya sendiri: “We Shall Overcome,” lagu yang berasal dari kalangan orang-orang kulit hitam.

Menurut Trischka, lagu itu aslinya berjudul “We Will Overcome,” namun Seeger merasa kata “Shall” kedengarannya lebih enak. Ia juga membuat beberapa perubahan, seperti menambahkan lirik “kami tidak gentar” untuk menunjukkan dukungan bagi protes yang terjadi di seluruh Amerika.

“We Shall Overcome,” menjadi tema lagu gerakan hak-hak sipil Amerika.

Penyanyi dan penulis lagu-lagu rakyat Amy Speace mengatakan, sejarah lagu-lagu rakyat Amerika bisa digambarkan seperti pohon yang bercabang banyak. Tokoh utamanya, ujarnya, adalah Woody Guthrie, yang mengarang 3.000 lagu rakyat, dan merekam 300 lagu. Cucunya, Anna Canoni, mengatakan ia tidak punya cukup uang untuk merekam semuanya.

Meski kepiawaiannya itu, jutaan orang Amerika sampai saat ini hanya akrab dengan satu saja lagu karangannya yang dipelajari ketika duduk di bangku sekolah dasar. Lagu itu berjudul “This Land Is Your Land” yang mengutarakan rasa bangga sebagai bangsa Amerika.

Yang kebanyakan orang tidak tahu adalah lagu itu sesungguhnya bernada menyindir. Guthrie menulis lagu itu tahun 1940 sebagai tanggapan atas lagu “God Bless America,” karya Irving Berlin. Guthrie mengarang lagu itu untuk memprotes konsep properti pribadi yang acap didengungkan dan perlakuan diskriminatif terhadap warga Amerika, yang jelas terdengar pada bagian akhir lagu.

Guthrie melakukan advokasi bagi serikat buruh, pekerja yang mogok, dan keluarga yang terimbas oleh Depresi Besar dalam dekade 1930-an.

Dalam dekade 1960-an, penyanyi-penyanyi seperti Joan Baez dan Bob Dylan memprotes Perang Vietnam. Lagu karangan Dylan “Blowin’ in the Wind” yang dinyanyikan kelompok musisi lagu rakyat Peter, Paul dan Mary tahun 1963 menjadi sangat terkenal.

Sebagian orang mungkin memandang penyanyi lagu rakyat sebagai sisa dari dekade 1960-an, yaitu musisi idealis berambut panjang dengan gitar yang menyanyikan lagu-lagu bertemakan persatuan dunia.

Namun, sekarang, dengan piranti lunak musik, video digital dan jejaring sosial, penyanyi-penyanyi lagu rakyat benar-benar mampu menyatukan dunia.
XS
SM
MD
LG