Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi tidak mengesampingkan kemungkinan berunding dengan Washington, tetapi ia mengatakan bahwa perundingan hanya dapat dilakukan jika kedua negara berada dalam “kedudukan yang setara,” demikian laporan surat kabar milik pemerintah Iran, Kamis (13/3).
Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk mengusulkan perundingan nuklir, sambil memperingatkan bahwa “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan.”
“Jika kita memulai negosiasi di kala pihak yang berseberangan memberikan tekanan maksimum, kita akan berunding dari posisi yang lemah dan tidak akan mencapai apa pun,” kata Araqchi dalam wawancara dengan surat kabar tersebut.
“Pihak seberang harus percaya bahwa kebijakan memberi tekanan tidaklah efektif – hanya dengan begitu kita dapat duduk di meja perundingan dengan kedudukan yang setara.”
Sementara itu, pada hari Rabu (12/3), Khamenei mengatakan bahwa perundingan dengan pemerintahan Trump hanya akan “meningkatkan sanksi dan tekanan terhadap Iran.”
Pada tahun 2018, di bawah pemerintahan Trump yang pertama, Amerika Serikat mundur dari kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara adidaya pada tahun 2015, dan kembali memberlakukan sanksi yang telah melumpuhkan perekonomian Iran. Setahun kemudian, Teheran bereaksi dengan melanggar pembatasan nuklir dalam kesepakatan tersebut.
Khamenei, pengambil keputusan akhir di negara tersebut, mengatakan pada pekan lalu bahwa Teheran tidak akan mempan diintimidasi untuk berunding. Sambil membiarkan peluang perjanjian nuklir dengan Teheran tetap terbuka, Trump telah memberlakukan kembali kampanye “tekanan maksimum” seperti yang ia lakukan pada masa kepresidenannya yang pertama, untuk mengisolasi Iran dari perekonomian dunia dan menihilkan ekspor minyak negara itu. [rd/ka]
Forum