Tautan-tautan Akses

Menko Polhukam: China Sudah Minta Nelayan Mereka Alih Pekerjaan


Menkopolhukam Mahfud MD saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Rabu, 15 Januari 2020. (Foto: twitter @mohmahfudmd)
Menkopolhukam Mahfud MD saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Rabu, 15 Januari 2020. (Foto: twitter @mohmahfudmd)

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud Md mengatakan tidak ada perselisihan dengan China di perairan Natuna.

Menko Polhukam Mahfud Md bertemu dengan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (16/1) sore. Usai pertemuan, Mahfud mengatakan tidak ada perselisihan dengan China di perairan Natuna.

Kata dia, Duta Besar China telah meminta nelayannya untuk beralih pekerjaan sehingga perselisihan dengan Indonesia di perairan Natuna bisa berkurang.

"Pihak China sendiri malah mengatakan kami tetap berusaha menyelesaikan ini, dan kami sudah menyuruh nelayan-nelayan China beralih profesi, jangan mencari ikan. Dan sudah banyak orang-orang China yang ganti profesi. Usaha-usaha lain, bukan mencari ikan," jelas Mahfud Md di Jakarta, Kamis (16/1).

Kendati demikian, kata Mahfud, pemerintah China juga mendapat tekanan dari rakyat mereka agar dibolehkan memasuki perairan Natuna. Namun, Mahfud juga menegaskan ke Duta Besar China, bahwa Indonesia akan mengusir nelayan asing jika ada yang masuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

"Dan pihak China mengatakan itu selalu terjadi di akhir tahun, peristiwa orang China masuk (perairan Natuna)," tambahnya.

Ia menambahkan pemerintah Indonesia akan tetap mengintensifkan patroli di perairan Natuna dan menghidupkan perekonomian di Natuna dan sekitarnya, meskipun tidak ada perselisihan wilayah.

Selain itu, dialog soal perairan Natuna dengan China juga akan terus dilakukan pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri.

Sementara Duta Besar China, Xiao Qian mengatakan hubungan China dan Indonesia dalam kondisi baik, meskipun ada perbedaan pandangan. Itu disampaikan Xiao Qian ketika ditanya persoalan Natuna usai bertemu Mahfud. Ia meyakini perbedaan pandangan tersebut dapat diselesaikan melalui jalur diplomatik.

Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis, 16 Januari 2020 sore. (Foto: VOA/Sasmito)
Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis, 16 Januari 2020 sore. (Foto: VOA/Sasmito)

"Kami percaya di antara hubungan dua teman baik kita bisa mengatasi masalahnya, kita bisa membicarakan bagaimana jalan yang terbaik untuk menyelesaikannya," jelas Xiao Qian.

Xiao Qian meyakini nelayan asal China sudah pergi dari perairan Natuna atas inisiatif sendiri. Namun, ia mengatakan tidak mengetahui pasti latar belakang persoalan nelayan sehingga memasuki wilayah ZEE Indonesia. Namun

"Saya tidak tahu pasti latar belakang masalahnya, tapi saya tahu kita pasti bisa mengatasinya. Saya tahu kita akan dapat membicarakannya dan pasti akan menemukan jalan untuk menyelesaikan masalahnya," imbuhnya.

Perselisihan antara Indonesia dengan China kembali menghangat setelah kapal nelayan China memasuki ZEE Indonesia di Natuna Utara. Indonesia berpandangan China telah melanggar hak berdaulat dan telah mengirimkan nota protes kepada China pada akhir Desember lalu.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai persoalan ini tidak akan menemukan titik temu karena masing-masing negara akan bersikukuh dengan sikap masing-masing.

Indonesia berpegang pada United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 yang menyatakan perairan di Natuna yang sekarang bermasalah masuk dalam ZEE Indonesia, sedangkan China berpatokan pada Nine-Dash Line atau sembilan garis putus-putus sebagai klaim mereka. [sm/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG