Tautan-tautan Akses

Menghitung Dampak Ekonomi Wabah Virus Corona 


Seorang pembeli berjalan di sebuah supermarket yang sepi pengunjung di Wuhan, Provinsi Hubei, 29 Januari 2020. (Foto: Instagram/Emilia via Reuters)
Seorang pembeli berjalan di sebuah supermarket yang sepi pengunjung di Wuhan, Provinsi Hubei, 29 Januari 2020. (Foto: Instagram/Emilia via Reuters)

Ketika wabah virus corona di Wuhan, China, terus meluas, sejumlah maskapai penerbangan telah dengan sukarela menangguhkan atau mengurangi jumlah penerbangan ke negara itu.

Para pejabat Amerika Serikat (AS) mengingatkan bahwa jika kondisi semakin memburuk maka larangan resmi mungkin akan diberlakukan.

Sementara itu pihak berwenang di seluruh dunia menyewa pesawat-pesawat khusus untuk mengevakuasi warganya dari China. Dalam sebagian besar kasus, warga yang dipulangkan menjalani karantina setibanya di negara masing-masing untuk memastikan mereka tidak mengidap gangguan pernapasan yang mematikan.

Meskipun komunitas global bergegas mencoba memperlambat atau menghentikan penyebaran virus ini, para pejabat memahami bahwa teratasi atau tidaknya wabah itu, tetap akan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Dampaknya juga meluas di luar perbatasan China.

Hingga Rabu (29/1/2020) pagi waktu Washington DC, para pejabat medis di seluruh dunia telah mengidentifikasi lebih dari 6.000 kasus virus corona, yang sedikitnya menelan 132 korban jiwa.

Virus Wuhan, merujuk pada kota di China di mana wabah itu bermula, telah menulari lebih banyak orang di China dibanding sindrom pernapasan akut parah (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) yang terjadi 17 tahun lalu. Wabah yang semula terjadi di China ini telah dilaporkan muncul di lebih dari sepuluh negara berbeda.

Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO) telah menjadwalkan pertemuan pada hari ini, Kamis (30/1/2020), untuk mempertimbangkan apakah perlu mengeluarkan pernyataan darurat, yang akan memungkinkan WHO memimpin koordinasi global terhadap wabah itu.

Sejumlah Perusahaan Tutup atau Kurangi Kegiatan di China

Sementara itu beberapa perusahaan raksasa yang berbisnis di China telah menutup atau mengurangi operasi mereka untuk sementara waktu.

Para konsumen (tengah depan) meninggalkan apotek setelah membeli masker di Hong Kong, 30 Januari 2020. Di Hong Kong terjadi kepanikan karena orang-orang berebut membeli masker untuk mencegah agar tidak terjangkit virus corona. (Foto: AFP)
Para konsumen (tengah depan) meninggalkan apotek setelah membeli masker di Hong Kong, 30 Januari 2020. Di Hong Kong terjadi kepanikan karena orang-orang berebut membeli masker untuk mencegah agar tidak terjangkit virus corona. (Foto: AFP)

Toyota dan Ford telah menghentikan produksi di sejumlah pabrik hingga setidaknya 9 Februari. Starbucks menutup 2.000 toko. Konglomerat agribisnis, Cargill, telah memerintahkan para pekerjanya untuk tinggal di rumah saja. Sementara perusahaan-perusahaan seperti Apple – yang memiliki rantai pasokan hingga jauh ke China – bersiap menghadapi gangguan besar terhadap produksinya.

Para ekonom dan pakar kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa dampak ekonomi global akibat wabah ini bisa menjadi signifikan, mengingat kecepatan penyebaran virus dan meningkatnya keterkaitan rantai pasokan global.

Wabah SARS Pangkas 1% PDB China

Wabah SARS pada 2003 lalu memangkas PDB China pada 2004 – atau setahun setelah wabah berlalu – hingga 1 persen, dan sekaligus mengurangi angka pertumbuhan ekonomi global hingga sebesar 0,3 persen.

Meskipun perekonomian China kini jauh lebih kuat dibanding 17 tahun lalu, penasihat senior dan kepala wali amanat dalam bidang Ekonomi dan Bisnis China di CSIS, Scott Kennedy, memperkirakan penurunan besar kegiatan ekonomi dalam waktu dua minggu sekalipun, dapat memangkas PDB hingga AS$380 miliar pada tahun mendatang. [em/pp]

XS
SM
MD
LG