Tautan-tautan Akses

Mengapa Kasus Varian Delta COVID-19 Menurun di India, Indonesia, dan Inggris?


Reaksi seorang pasien gangguan jiwa yang dirawat oleh Yayasan Jamrud Biru saat menerima vaksin COVID-19 dalam program vaksinasi di Bekasi, pinggiran Jakarta. (Foto: Reuters)
Reaksi seorang pasien gangguan jiwa yang dirawat oleh Yayasan Jamrud Biru saat menerima vaksin COVID-19 dalam program vaksinasi di Bekasi, pinggiran Jakarta. (Foto: Reuters)

Indonesia menyaksikan sebuah fenomena pandemi menggembirakan baru-baru ini di mana jumlah kasus COVID-19 varian Delta turun dari sekitar 54 ribu menjadi hanya 1.400 pada 5 Oktober lalu. Penurunan juga terjadi di India dan Inggris beberapa waktu lalu.

Andy Slavitt, mantan penasihat Presiden Joe Biden pada tim penanggapan COVID-19, mengatakan penurunan drastis kasus COVID-19 di Inggris dan India bisa menjadi paradigma baru seputar penyebaran virus corona dalam masyarakat. Di akun Twitternya, Slavitt menulis: “Delta naik cepat dan juga turun secara cepat.”

VOA menghubungi Dr. LJ Tan, Chief Strategy Officer pada Immunization Action Coalition atau IAC. Dia menilai fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor yang beraksi secara bersamaan.

Petugas kesehatan dan kerabatnya membawa jenazah seorang pria yang meninggal karena COVID-19, dari ambulans ke krematorium di New Delhi, India, 13 November 2020. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
Petugas kesehatan dan kerabatnya membawa jenazah seorang pria yang meninggal karena COVID-19, dari ambulans ke krematorium di New Delhi, India, 13 November 2020. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)

"Paling tidak di India, imunisasi terus naik, jadi mereka melakukan vaksinasi dengan baik. Protokol mereka untuk melawan COVID-19 juga diberlakukan secara ketat setelah perebakan varian Delta, jadi langkah-langkah ini punya dampak dramatis terhadap penurunan kasus COVID-19," katanya.

Faktor lain yang harus diperhatikan, di dalam penyebaran penyakit infeksi adalah gejala “ebbs and flows” atau pola berulang-ulang dari pasang dan surut penyakit itu.

"Ketika semakin banyak orang sakit dan sembuh, dan semakin banyak orang divaksinasi, pool pasien terus menyusut, dan ini mengakibatkan penurunan infeksi," kata LJ Tan.

Namun, lanjutnya, ketika kekebalan berkurang, orang-orang yang terinfeksi pada momen lebih dini, mereka menjadi bagian dari kelompok yang rentan terhadap infeksi, kekebalan mereka melemah.

"Dan Anda saksikan lonjakan lagi. Jadi penyebarannya naik dan turun berdasarkan evolusi virusnya, kelompok orang rentan yang naik dan turun, dan sudah tentu intensitas vaksinasi," tambahnya.

Dr. Lily Widyastuti Hikam adalah pakar bio-medical science dan manajer riset di PT Kalbe Farma. Dia berpendapat, berbagai langkah pro-aktif yang diprakarsai pemerintah dan dengan dukungan kuat dari masyarakat telah berhasil menurunkan kasus COVID-19 di Indonesia.

"Saya rasa ini bagian dari efek, ya salah satunya PPKM dan juga peningkatan testing dan tracing (pelacakan) di Indonesia, juga penggalakan program vaksinasi. Meski tidak mencegah penularan, vaksin ini sangat berguna untuk meredam gejala-gejala berat COVID yang membuat pasien harus masuk rumah sakit, jadi mereka bisa sembuh di rumah dengan self-isolation (isolasi mandiri). Saya rasa tiga faktor itu berperan penting dalam penurunan kasus COVID kita dari bulan Juli sampai sekarang," paparnya.

Mengapa Kasus Varian Delta COVID-19 Menurun di India, Indonesia, dan Inggris?
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:36 0:00

Inggris pada pertengahan Juli lalu juga menyaksikan kasus COVID-19 varian Delta yang memuncak, namun menurun lebih dari 50 persen pada permulaan Agustus. Selain tingkat vaksinasi yang tinggi, kinerja sistem pelacakan elektronik negara itu mengesankan.

Warga Inggris diperingatkan apabila mereka ‘kontak’ dengan pengidap COVID-19. Mereka akan “dikirimi nada ping” oleh pemerintah ke ponsel masing-masing. Nada ini berarti penerimanya wajib melakukan isolasi mandiri. “Pingdemic” ini berhasil memperingatkan lebih dari 700 ribu warga Inggris untuk melakukan isolasi mandiri. [jm/ka]

XS
SM
MD
LG