Komisi kebenaran dan rekonsiliasi Gambia dalam laporan yang diterbitkan Jumat mengatakan, mantan Presiden Yahya Jammeh bertanggung jawab atas pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan selama 22 tahun pemerintahannya di negara kecil Afrika Barat itu.
Komisi Kebenaran, Rekonsiliasi dan Reparasi (TRRC) yang independen dibentuk ketika Jammeh meninggalkan Gambia untuk mengasingkan diri di Guinea Katulistiwa setelah menolak untuk menerima kekalahan dalam pemilihan tahun 2016.
Laporan komisi, setelah penyelidikan menyeluruh selama tiga tahun atas pelanggaran era Jammeh yang didasarkan pada kesaksian ratusan saksi itu, diserahkan kepada Presiden Adama Barrow awal bulan ini tetapi baru diumumkan pada hari Jumat (24/12).
Komisi itu merekomendasikan agar mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut diadili. Baik Jammeh maupun juru bicaranya belum bisa dihubungi untuk dimintai berkomentar.
Komisi itu mengatakan, Jammeh, yang berkuasa lewat kudeta 1994, dan antek-anteknya, termasuk regu pembunuh pribadi yang dikenal sebagai The Junglas, bertanggung jawab atas 44 kejahatan khusus terhadap jurnalis, mantan tentara, lawan politik, dan warga sipil.
Kejahatan ini termasuk pembunuhan jurnalis Deyda Hydara pada tahun 2004, tujuh warga sipil pada tahun 2000 dan 59 migran Afrika Barat pada tahun 2005. Menurut komisi tersebut Jammeh juga bertanggung jawab atas pemerkosaan atau pelecehan seksual terhadap tiga perempuan.
Dalam laporannya, komisi tersebut merekomendasikan untuk "mengadili Yahya Jammeh dan rekan-rekannya di Pengadilan Internasional di salah satu negara di sub-kawasan Afrika Barat."
Amnesti bisa diberikan kepada mereka yang selama penyelidikan TRRC mengaku bersalah dan menyatakan penyesalan.
Keputusan mengenai permintaan amnesti akan dibuat dalam waktu enam minggu. [my/pp]
